Usaha Kartini dalam memperjuangkan hak wanita untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, dan diberikan kesempatan yang sama untuk menerapkan ilmu yang dimiliki agar tidak direndahkan derajatnya, menjadikan Kartini dikenal sebagai tokoh penggerak emansipasi wanita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emasipasi adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria. Selanjutnya, emansipasi wanita memiliki arti proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Baca Juga :
Emansipasi Wanita, Apa dan Bagaimana?
Di era modern ini, istilah emansipasi telah mengalami suatu pergeseran makna. Hanya saja, kebanyakan wanita masih belum paham bagaimana cara menerapkannya dengan langkah nyata. Jika dulu Kartini berjuang agar wanita bisa mendapatkan haknya, kini emansipasi wanita sebenarnya dapat diwujudkan dengan langkah-langkah yang lebih mudah.
Salah satu wujud sederhana dari emansipasi yakni ketika wanita tidak menggantungkan hidupnya kepada siapapun dan belajar lebih mandiri. Sedangkan di dalam lingkup sehari-hari, emansipasi dapat dilakukan dimulai dari hal-hal yang paling kecil, misalnya dengan menjadi agen perubahan dalam komunitas kecil, seperti di dalam kelompok pertemanan atau di dalam rumah.
Peran agen perubahan untuk mempengaruhi orang untuk melakukan hal-hal yang baik jauh lebih menantang daripada melakukan kegiatan besar yang kurang diminati. Oleh karena itu, dengan melakukan hal yang sederhana dan membawa kebaikan dan manfaat bagi lingkungan sekitar sudah merupakan bentuk emansipasi.
Wujud emansipasi lainnya juga bisa dilakukan dengan berbuat baik kepada orang lain dan menghargai apa yang dimiliki sebagai bentuk rasa syukur kepada anugerah yang diberikan Tuhan. Namun sebaiknya, berbuat baik jangan dilakukan dengan setengah hati, terlebih lagi jika tidak memiliki semangat daya juang tinggi. Selain kecerdasan emosional, spiritual, dan intelegensi, kecerdasan daya juang (adversity quotient) juga penting untuk dikuasai.
Jika seseorang sudah konsisten dalam menjalani suatu hal, tapi tidak ada daya juang dari dalam diri, hal tersebut kemudian akan menjadi sulit. Motivasi sebenarnya ada di dalam diri masing-masing namun tergantung oleh bagaimana individu fokus pada motivasi yang dimiliki.
Baca Juga :
Kesetaraan Tanpa Melupakan Jati Diri
Emansipasi wanita tidak semata-mata berfokus pada kesetaraan antara hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam beragam bidang. Makna sebenarnya dari emansipasi wanita yaitu tentang bagaimana wanita dapat berkembang dan maju dari waktu ke waktu tanpa menghilangkan jati dirinya. Dengan memahami makna emansipasi wanita seutuhnya, wanita turut serta memberikan emansipasi bagi masyarakat dan negara.
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” ( Mujadilah : 11 ).
Dalam sebuah hadisnya, Nabi Muhammad saw. bersabda,
"Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim (dan Muslimah)."
Hadis Nabi yang diriwayatkan Al-Thabarani melalui Ibnu Mas’ud ini menegaskan, bahwa kaum perempuan memiliki kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki dalam menuntut ilmu pengetahuan.
Rasulullah saw. memberi peluang dan kesempatan yang sama bagi umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, dalam mencari ilmu pengetahuan. Dalam hal belajar, beliau tidak membeda-bedakan jenis kelamin.
Di dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah saw. memang sangat memperhatikan pendidikan kaum perempuan. Nabi saw sangat revolusioner dalam memperjuangkan hak-hak perempuan tentang pendidikan, bila dibandingkan dengan kaum jahiliah dalam masa sebelumnya.
Perempuan Muslimah di zaman Nabi sangat menyadari benar perintah atau kewajiban belajar. Ada beberapa perempuan, misalnya, mengajukan permintaan kepada beliau. “Ya, Rasulullah, hendaknya kami diberi waktu satu hari khusus untuk mengkaji ilmu-ilmu darimu.” Beliau mengiyakan permintaan kaum perempuan tersebut.
Rasulullah saw. memberikan akses yang sama kepada perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan dari beliau. Rasulullah saw. tidak pernah melarang kalau ada sahabat perempuan yang ingin mengaji dan belajar bersama beliau.
Nabi juga tidak pernah menghalang-halangi kaum perempuan untuk mengikuti salat berjamaah di masjid. Rasulullah saw. juga tidak pernah memasung sikap kritis yang dilontarkan perempuan, yang ingin mengetahui dan mendalami suatu masalah. Beliau tidak pernah mencegah seorang perempuan yang ingin berdebat dalam suatu masalah.
Beliau juga tidak pernah menghalang-halangi kaum perempuan, termasuk juga kepada Aisyah, yang mengemukakan masalah bahkan sampai hal yang paling tabu sekalipun. Kecuali itu, Rasulullah saw. memberikan peluang partisipasi kepada perempuan, bahkan dalam hal urusan yang paling maskulin sekalipun.
Misalnya, Rasulullah saw. memberi izin atau memperbolehkan kaum perempuan dalam memasuki medan perang. Beliau juga selalu melibatkan istri-istri beliau pada setiap aktivitasnya.
Ternyata emansipasi dan pendidikan wanita yang terkadang masih dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak dan masyarakat, nyatanya itu merupakan suatu hal yang sangat penting. Hak wanita sebenarnya sama dengan laki-laki, tapi terkadang kita tidak menyadarinya dan hanya mengikuti alur yang telah ditentukan sebelumnya.
Sekian uraian dari saya, semoga ada manfaatnya untuk kita semua terutama bagi saya yang menyampaikan. Sebelum mengakhiri ini, saya berharap semoga kedepannya wanita bisa beremansipasi dan menganggap penting tentang pendidikan. Aamiin.
Tulisan ini disadur dari naskah “Lomba Pidato AMSA-AMSAW 2021” atas nama NIta Sari (Peraih Juara I)
Baca Juga :