Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Sebelum kita lebih jauh mengenal mengenai sikap toleransi, sebagai pembuka mari kita tilawatkan Surat Al-Kafiruun,
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ . لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ . وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ . وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ . وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ . لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ “Hai orang-orang kafir aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak akan pula menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukku agamaku. ” ( Al Kafirun : 1-6 )
Dari ayat tersebut Allah Ta’ala mengajarkan betapa pentingnya toleransi. Toleransi sangat penting bagi kita semua, yang mana kita tidak bisa memaksakan kehendak dan keyakinan orang lain. Tetapi pada ayat ini juga tidak hanya berlaku di dalam masalah keyakinan saja, tetapi dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan toleransi seperti agama, suku, ras, budaya, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, sangat jelas bahwasannya kita sebagai sesama manusia, berkebangsaan Indonesia, yang kita sendiri sudah tahu bahwa Indonesia ini Bhineka Tunggal Ika yang artinya Berbeda-beda tapi tetap satu. Lalu bagaimana kita memandang perbedaan, bagaimana kita memperlakukan seseorang yang berbeda dengan kita, karena seorang muslim sejati yaitu seorang yang memiliki sikap toleransi yang tinggi.
Baca Juga :
Sikap Toleransi, Tak kenal Maka Tak Sayang
Apa Itu Toleransi?
Sekarang setelah kita sudah jauh membahas itu, sebetulnya apa arti dari toleransi itu sendiri? Toleransi itu sikap menghargai pendapat atau pemikiran orang yang berbeda dengan kita, saling tolong menolong antar golongan, tanpa memandang suku, ras, agama antar golongan.
Lalu sekarang, apakah sikap toleransi itu sudah ada dalam diri bangsa Indonesia yang sudah merdeka selama 76 Tahun? Apakah kita semua sudah betul-betul merdeka?
Sekarang kita bisa melihat sendiri, sikap toleransi diskriminasi sering terjadi, memaksakan kehendak, pendapat, keyakinan kepada suatu golongan dari kaum mayoritas kepada kaum minoritas seperti yang terjadi kepada kita sebagai Anggota Jemaat. Dilarangnya membangun tempat ibadah, dilarang melasakanan kegiatan di mesjid, apakah kita sudah betul-betul merdeka? Contoh lain dari saudara kita umat kristiani di Aceh singkil, mereka dipaksan untuk belajar Al-Qur’an, itu jelas-jelas sangat memaksa keyakinan orang lai. Dimana letak toleransinya?
Dari contoh kasus yang saya sebutkan tadi artinya Indonesia belum sepenuhnya merdeka, kemerdekaan itu baru hanya di rasakan oleh sebagian kalangan saja. Maka dari itu sikap toleransi sangat diperlukan, karena kalau bangsa Indonesia masih mengurusi kasus-kasus sikap intoleran, kapan Indonesia ini akan maju?
Baca Juga :
Kekuatan Bangsa Ada Keragaman Yang Bersatu
Jelas-jelas negara kita akan jauh tertinggal oleh negara lain yang sudah saling bertoleransi. Persatuan tidak akan terwujud jika masyarakat terpecahan-belah, negara kita akan tertinggal. Justru kekuatan kita bangsa Indonesia itu ada pada persatuan. Dengan sikap toleransi kita bisa menjadi satu, yaitu Indonesia.
Dari riwayat tersebut dan pembahasan saya di awal, kita bisa melihat sendiri, ironisnya di masa sekarang ini masih banyak terjadi tindakan intoleransi. Itulah sebabnya kita harus melakukan toleransi aktif dengan semangat “Ta’aruf”. Mengapa di namakan Ta’aruf? Karena disini kita saling mengenal perbedaan, bukan hanya sekedar acuh tak acuh terhadap perbedaan.
Ta’aruf yang menjiwai toleransi aktif inilah yang akan menjanjikan perdamaian hakiki yang di idam-idamkan oleh semua manusia. Tanpa Ta’aruf toleransi hanya akan bersifat pasif dan tidak akan menjanjikan perdamaian sejati. Maka dari itu, untuk kedepannya marilah kita sama-sama harus melekatkan jiwa toleransi ke generasi sekarang dan masa yang akan datang demi tercapainya suatu persatuan dan perdamaian bangsa Indonesia.
Tulisan ini disadur dari naskah “Lomba Pidato AMSA-AMSAW 2021” atas nama Anisa Nurul Muslihah (Peraih Juara II)
Baca Juga :