Apa Iya Orang Yang Shalat Bisa Celaka?

Apa Iya Orang Yang Shalat Bisa Celaka?

Assalamualaikum sobat Islamkukeren. Kita sebagai umat muslim pasti bertanya-tanya Mengapa Allah SWT menjelaskan bahwa ada orang yang shalat, bukannya mendapat pahala dan kemuliaan, ini malah celaka dan mendapat siksaan? Bukannya shalat adalah ibadah? Shalat adalah amalan yang mulia? Lalu mengapa ada yang mengamalkan shalat malah celaka, hina dan mendapat siksaan? Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT :

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ . ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ . وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ

Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat ria. Dan mencegah diri mereka unutk memberi barang-barang kecil kepada orang miskin.

Al Ma’un : 4-5

Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, maksud kata ‘lalai’ dalam ayat ini :

“Yang dimaksud “lalai” di sana, bisa dari waktunya yang pertama sehingga mereka mengakhirkannya dan sudah jadi kebiasaan. Bisa dari pemenuhan rukun dan syaratnya yang tidak sempurna sebagaimana diperintahkan. Bisa juga dari khusyu’ dan tidak mentadabburi maknanya. Lafaz “lalai” mencakup semua makna ini.” | Tafsir Ibnu Katsir surah Al Ma’un

Ibnu Katsir menegaskan, Setiap orang yang melekat padanya salahsatu dari sifat-sifat di atas, maka dia mendapat bagian yang diancamkan oleh ayat di atas. Dan siapa yang melekat padanya seluruh sifat di atas, maka seluruh ancaman ayat ini akan ditimpakan padanya.

1. Lalai Dari Waktu Shalat.

Kelalaian yang pertama yang bisa membuat celaka adalah lalai dari waktu shalat. Seperti mereka yang tidak pernah shalat sama sekali, atau mereka yang bolong-bolong shalatnya, atau mereka yang menunda-nunda shalat hingga keluar waktu. Model semacam ini lah yang diceritakan para sahabat.

وقال ابن مسعود : والله ما تركوها البتَّة ولو تركوها البتة كانوا كفاراً ، ولكن تركوا المحافظة على أوقاتها . وقال ابن عباس : يؤخِّرونها عن وقتها

Ibnu Mas’ud mengatakan, demi Allah, mereka tidak meninggalkan semua shalat. Andai mereka sama sekali tidak shalat, mereka kafir. Namun mereka tidak menjaga waktu shalat. Ibnu Abbas mengatakan, ‘Makna ayat’ adalah mereka mengakhirkan shalat hingga keluar waktu.

Zadul Masir

Rasulullah ﷺ bahkan menyebut model seperti ini sebagai shalatnya orang munafik. Dia secara sengaja menunda-nunda waktu shalat, hingga mendekati berakhirnya waktu shalat.

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah ﷺ bersabda,

تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً

Itulah shalatnya orang munafik.. duduk santai sambil lihat-lihat matahari. Hingga ketika matahari telah berada di antara dua tanduk setan (menjelang terbenam), dia baru mulai shalat, dengan gerakan cepat seperti mematuk 4 kali. Tidak mengingat Allah dalam shalatnya kecuali sedikit.

Muslim & Ahmad

2. Lalai Dalam Bentuk Tidak Perhatian Dengan Rukun Shalat,

Di antara kesalahan besar yang terjadi pada sebagian orang yang shalat yaitu tidak tuma’ninah ketika shalat. Banyak orang yang terlalu cepat dalam mengerjakan gerakan rukun shalat. Tuma’ninah adalah tenang sejenak setelah semua anggota badan berada pada posisi sempurna ketika melakukan suatu gerakan rukun shalat.

Rasulullah ﷺ menganggapnya sebagai pencuri yang paling buruk, sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau bersabda,

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.

“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah ﷺ berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya”

Ahmad

Abu Hurairah Ra. menceritakan, ada seseorang yang masuk masjid dan shalat 2 rakaat. Seusai shalat, dia mendatangi Rasulullah ﷺ yang kala itu ada di masjid. Namun Rasulullah ﷺ menyuruhnya untuk mengulangi shalatnya. beliau bersabda,

ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ

“Ulangilah shalatmu karena shalatmu batal”

Orang inipun mengulangi shalat dan datang kepada Rasulullah ﷺ. Tapi beliau tetap menyuruh orang ini untuk mengulangi shalatnya. Ini terjadi sampai 3 kali. Hingga orang ini putus asa dan menyatakan,

وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِى

“Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”

Kemudian Rasulullah ﷺ mengajarkan cara shalat yang benar kepada orang ini. Beliau mengajarkan,

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا

“Jika engkau mulai shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertaithuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah dengan berdiri sempurna. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.”

Bukhari dan Muslim

3. Lalai Dari Kekhusyukan Shalat

Seperti yang kita ketahui Bersama, khusyu’ merupakan ruh shalat. Sehingga nilai pahala kita dalam shalat, diukur sesuai kadar khusyu kita ketika shalat. Dalam surat Thaha Allah SWT berfirman :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Thaha : 14

Selain itu dalam senuah hadits dijelaskan Dari Ammar bin Yasir ra., Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

Ketika seseorang selesai dari shalatnya, pahala yang dia dapatkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau ¼ atau 1/3, atau setengahnya.

Abu Daud

Ibnu Abbas ra. mengatakan,

لَيسَ لَـكَ مِنْ صَلَاتِكَ إِلَّا مَا عَقَلْتَ مِنْـهَا

Kamu tidak mendapat pahala dari shalatmu selain apa yang kamu renungkan dari shalatmu

Takhrij Ahadits al-Ihya, AzZain Al Iraqi, 1/309

Orang yang shalatnya tidak pernah khusyu, selalu malas dan hanya ingin dilihat atau dipuji orang-orang, Dalam surat An-Nisa, Allah sebut mereka orang munafiq :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik hendak menipu Allah SWT., dan Dia pun akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri untuk mengerjakan shalat, [b] mereka berdiri dengan malas, dan untuk diperlihatkan kepada manusia, dan tidak mereka ingat kepada Allah SWT. melainkan hanya sedikit.

An Nisa` : 142

4. Lalai Sesudah Shalat, tidak mampu mewujudkan tujuan shalat, yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar

Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surah Al Ankabut ayat 45 :

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.

Al Ankabut : 45

Seseorang yang tidak mampu mewujudkan tujuan shalatnya, maka yang diperoleh hanyalah payah dan letih. Rasulullah ﷺ menyatakan,

وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَر

”Berapa banyak orang yang shalat (malam), keuntungan yang diperoleh hanyalah payah dan letih.”

Ibnu Majah

Jadi, meskipun merasa dirinya shalat, tapi hakikatnya tidak shalat. Dan, ia tidak akan mendapatkan hikmah shalat. Shalatnya pun tidak menambah dekat kepada Allah, tapi justru sebaliknya. Rasulullah menegaskan,

مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا

“Barang siapa yang shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, maka tiada bertambah baginya kecuali semakin jauh dari Allah.”

At Thabrani

Oleh karena itu dalam mendirikan shalat seorang muslim seharusnya: 1) Menyempurnakan syarat, 2) Menyempurnakan rukun, 3) Menyempurnakan sunnah, 4) Tepat waktu, 5) Memberi bekas pada pribadi mukmin baik dari segi hubungan vertikal maupun horizontal. Inilah inti dari firman Allah surat al-Mukminun ayat 1-2:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ  .  الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalat nya.

Al Mukminun : 1-2

Semoga kita semua bisa terhindari dari kelalaian yang membawa kita pada kemurkaan Allah SWT. Aamiin

Baca juga: Muncul ‘Ujub Di Hati, Rusak Amalan Semuanya

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *