“Al ummu madrasatul ula (Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya)”, sepenggal kalimat yang seringkali berseliweran dan tidak asing lagi di telinga kita. Padahal ada kalimat lagi setelahnya yaitu, “idza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq (jika engkau persiapkan dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya).
Selain anak-anak muda, perempuan juga adalah tombak peradaban suatu bangsa. Bila perempuan berdaya atas segala hak-hak dan kewajibannya, maka suatu bangsa akan mengalami perubahan, kemajuan dan dampak yang luar biasa. Para perempuan, dikaruniai untuk dapat melahirkan generasi baru.
Seperti ungkapan di atas, bahwa ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya, maka jauh hari sebelum memiliki anak, selain dari doa seorang perempuan pun harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Tentu saja, pengetahuan tidak terbatas pada satu hal, satu tempat, dan satu orang.
Ada yang menjemput ilmu pengetahuan dengan bersekolah setinggi-tingginya, ada juga yang tidak memilih demikian. Dan itu adalah pilihan. Apapun yang kita pilih, ingatlah bahwa yang menjadi kewajibannya adalah ‘tetap belajar’ supaya tumbuh menjadi perempuan yang berkualitas.
Rasulullah SAW bersabda: “Surga Terletak di Bawah Telapak Kaki Ibu”
Hazrat Khalifatul Masih IV (ra):
“Surga terletak di bawah kaki Ibu, tidak berarti bahwa surge terdapat pada kaki semua ibu. Hal ini berarti bahwa jika surga dapat diturunkan kepada generasi penerus, maka hanya dapat diwariskan melalui para ibu yang dalam diri mereka terdapat sebuah tanda surgawi dan surga menjadi gambaran dari keberadaan mereka” (Surga di Bawah Telapak Kakimu, hal. 2)
Bila berkaca pada zaman dahulu, banyak perempuan yang bisa kita teladani kehidupannya. Mungkin memang tidak akan paripurna seperti mereka, akan tetapi kita bisa mencontoh dengan semampunya dengan niat yang sempurna.
Istri pertama Rasulullah saw yakni Hadhrat Khadijah ra yang habis-habisan berkorban harta di jalan Allah Ta’ala demi membantu kemenangan Islam pada masa itu. Hadhrat ‘Aisyah ra pun menggunakan akalnya yang cerdas dapat menyambung lisan atau perkataan atas kebenaran dari Nabi Allah kepada khalayak ramai. Hadhrat Hafshah ra pun, dipercayai sebagai penjaga ayat-ayat al-Qur’an karena kemampuannya dalam mengingat ayat-atyat tersebut. Masih banyak lagi perempuan-perempuan hebat di masa sebelum itu, seperti Hadhrat Asiyah istri Fir’aun dan juga Hadhrat Maryam ibunda Nabi Isa as.
Peran ibu dalam keluarga sangatlah penting. Bila hatinya nyaman, maka seisi rumah pun demikian. Begitupun sebaliknya. Allah Ta’ala menganugerahkan para perempuan untuk dapat mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya, sehingga ikatan batin terjalin sangat kuat antara ibu dan anak.
Dewasa ini, teknologi semakin maju dan berkembang. Tentu saja, lagi-lagi dan sudah pasti peran ibu sangatlah dibutuhkan. Tarbiyat ibu sangat mempengaruhi kehidupan di era serba digital sekarang ini. Maraknya konflik dan kondisi saat ini menjadi tantangan besar bagi kemajuan suatu bangsa. Dimulai dari informasi-informasi yang salah (hoax), nuklir, isu agama, gesekan negara adidaya, mem-posting opini atau pendapat yang salah, persebaran konten berupa foto, video, situs-situs, yang tidak sopan bisa sampai kepada anak-anak dengan secepat kilat dan dengan mudahnya mereka mengikuti hal tersebut dibandingan menyerap pelajaran-pelajaran. Kasus lainnya masih banyak lagi.
Keadaan di luar tidak selalu baik-baik saja. Anak-anak perlu diperhatikan dengan teliti dan penuh kasih sayang. Pada waktu tertentu, seorang ibu harus mampu bersikap tegas dan penuh kebijaksanaan. Pergaulan mereka baik di dunia nyata maupun dunia maya, dengan siapa mereka bergaul? Apa saja yang mereka lihat, dengar dan mereka ikuti? Jangan sampai melampaui batas adab dan akhlak.
Semoga semua perempuan dan juga para ibu berdaya atas hidupnya dan selalu meng-upgrade diri menjadi muslimah yang membawa peradaban luhur untuk masa kini dan masa yang akan mendatang. Selamat Hari Ibu!
Penulis: Nunun Nur Ainia