Pemuda dalam Pusaran Akhir Zaman

Pemuda dalam Pusaran Akhir Zaman

Manusia telah melewati beberapa zaman dengan berbagai tantangan yang beragam.
Pada zaman dahulu berbekal pemberian dari alam seperti tumbuhan, serta hewan, manusia
mampu melewati tantangan dasar seperti mencari pangan, dan menjalani aktivitas nomaden
demi menciptakan kehidupan yang nyaman. Adapun dengan segala inovasi, saat ini kita tengah
menapaki akhir zaman dengan tantangan yang jauh lebih kompleks yaitu ideologi dan keyakinan.

Dalam semua hadits yang berhubungan dengan akhir zaman, tentu kita ketahui bahwa
zaman yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW Itu adalah zaman sekarang ini. Beliau SAW telah
menyampaikan tanda–tandanya dengan cukup, apa yang akan terjadi di langit dan di bumi[1].
Mengenai salah satu tanda hadirnya akhir zaman, Rasulullah SAW bersabda:

“Akan datang suatu Zaman pada manusia, di mana pada waktu itu tidak tinggal Islam
kecuali namanya saja, Dan tidak tinggal Al-Quran melainkan tulisannya saja, Masjid-masjid
dibangun megah namun kosong dari petunjuk, Dan ulama mereka adalah makhluk yang terjelek
yang berada di kolong langit, dari mulut-mulut mereka keluar fitnah dan (sungguh, fitnah) itu
akan kembali kepada mereka.” [HR. Al-Baihaqi]

Nubuwatan ini dibuktikan dengan hadirnya berbagai konflik intoleransi khususnya di
Indonesia yang salah satu penyebabnyanya didukung oleh ormas agama. Buntut dari konflik
yang terjadi, menjadikan Jemaat Ahmadiyah menduduki urutan kelima korban pelanggaran
kebebasan beragama dan berkeyakinan pada Tahun 2020 berdasarkan statistik oleh SETARA
Institute[2].

Salah satu tanda akhir zaman ini pun menjadi tantangan besar bagi seluruh segmen
umat, tidak terkecuali kalangan pemuda. Sebagai pionir masa depan, anak muda turut andil
dalam menciptakan dunia yang damai bagi segala lapisan masyarakat.

Tantangan Pemuda Menghadapi Akhir Zaman

Anak muda adalah bagian dari masyarakat yang berusia 18-27 tahun[3] yang sangat aktif
dalam dunia maya. Bukan karena kaum muda itu bodoh atau pun kurang mampu menelaah
persoalan-persoalan tetapi kaum muda sangat intensif dengan persoalan media sosial[4].

Hal ini didukung oleh pesan Khalifatul Masih V ATBA dalam Ijtima Nasional Khuddamul
Ahmadiyah UK pada tahun 2019 :

“Demikian pula, pengaruh media sosial semakin meningkat dan banyak video maupun
postingan yang mendorong atau memfasilitasi amoralitas. Hal yang sama juga terjadi pada
banyak permainan komputer yang dimainkan orang secara online, terutama anak-anak kecil
berusia dua belas hingga lima belas tahun atau remaja lainnya. Tidak diragukan lagi, aspekaspek berbahaya dari teknologi modern dapat dengan mudah menjauhkan manusia dari Tuhan,
dari ibadah kepada-Nya dan, seiring waktu, melemahkan iman seseorang akan keberadaan
Tuhan Yang Maha Esa.”[5]

Berdasarkan hal diatas, penggunaan secara media sosial dengan segala teknologi secara
negatif mampu melemahkan iman pada kalangan pemuda sehingga acuh dalam hubungan
kepada Allah ta’ala, dan menurunkan gairah pemuda dalam mengatasi nubuwatan peringatan
mengenai akhir zaman.

Langkah Pemuda dalam Menghadapi Akhir Zaman

Terkhusus kalangan pemuda, Hz. Khalifatul Masih V ATBA memberi pesan untuk senantiasa [6]:

  1. Menundukkan pandangan
    Sebagai Ahmadi kita harus ingat bahwa dunia sedang melalui masa yang berbahaya.
    Setan secara agresif menyerang dari segala arah dan jika pemuda Ahmadi tidak berusaha
    untuk menegakkan nilai-nilai agama, maka tidak ada jaminan masa depan kita. Kita akan
    dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan Yang Maha Esa lebih dari yang lain karena kita
    memahami kebenaran yang Hadhrat Masih Mau’ud (as) jelaskan kepada kita namun kita
    tidak mengamalkannya.
  2. Menghindari kebiasaan membuang waktu
    Saat ini, orang-orang tertarik pada film seolah-olah mereka kecanduan. Mereka tidak
    makan, tetapi hanya duduk dan terus menonton film. Jika mereka duduk di Internet,
    mereka akan terus duduk di sana. Bahkan jika mereka tertidur, mereka hanya terus duduk
    di sana, tidak peduli dengan istri dan anak-anak mereka. Orang-orang seperti itu ada. Jadi,
    kebiasaan-kebiasaan ini memainkan peran utama dalam mengahmbat adanya reformasi.
  3. Senantiasa berdoa agar terhindar dari keburukan
    Ketika kita berdoa mengenai berkah untuk telinga dan mata, berdoa untuk kedamaian
    dan untuk bergerak dari kegelapan ke cahaya maka perhatian secara otomatis akan
    teralihkan dari ketidakwajaran dan maksiat.

Terakhir, perlu kita ingat bahwa Hz. Muslih Mau’ud ra awalnya membentuk Majelis
Khudamul Ahmadiyah sebagai karena pentingnya kaum muda untuk tidak hanya memperoleh
pendidikan sekuler, melainkan juga terus mengembangkan hubungan dengan Allah SWT.
Semoga kita semua mampu menjadi pioner yang senantiasa mengabdi bagi kemajuan Jemaat
Ilahi ini, semoga kita senantiasa mengingat pesan istimewa Hz. Muslih Mau’ud ra bahwa :

Bangsa tidak dapat direformasi tanpa reformasi dari pemuda.”


Referensi

[1] Mln. Rahmat Ali H.A.O.T. Kebenaran Al-Masih Akhir Zaman. Jakarta: Neratja Press, 2017.

[2] Kidung Asmara; Ismail Hasani. Intoleransi Semasa Pandemi : Laporan Kebebasan Agama dan Berkeyakinan 2020. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2021.

[3] Wikipedia.com. Masa Muda. 5 Maret 2022. 10 Mei 2022.

[4] Qodir Zuly. “Kaum Muda, Intoleransi, dan Radikalisme Agama.” Jurnal Studi Pemuda (2016): 434.

[5] Alislam. Ahmadi Muslim Youth and Preserving Islamic Values. 8 September 2019. 10 Mei 2022 .

[6] Hz. Khalifatul-Masih V. Social Media. London: Lajnah Section Markazia, 2018.

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *