Hijrah Untuk Merdeka, Merdeka Karena Hijrah

Hijrah Untuk Merdeka, Merdeka Karena Hijrah

Hijrah Untuk Merdeka, Merdeka Karena Hijrah

Huges Najma Masroora

January 25, 2021

Assalamu’alaikum, sobat keren. Salam sejahtera untuk kita semua.

Setiap memasuki bulan agustus pasti yang selalu teringat dalam benak kita adalah hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Nah, berbicara soal kemerdekaan, apakah kita benar-benar telah hidup merdeka? Lalu, bagaimana merdeka yang sebenarnya jika dikaitkan dengan eksistensi Allah Ta’ala?

Sobat keren, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah, mau tidak mau kita harus tunduk kepada apa yang diadakan oleh-Nya. Lidah harus melaksanakan tugas mengecap dan telinga tak lagi berdaya selain mendengar. Hal itu mengibaratkan bahwa kita manusia, yang merupakan salah satu makhluk yang diciptakan haruslah tunduk pada itu semua. Seakan-akan kita “dipaksakan” untuk tunduk dalam hukum-hukum alam tersebut.

Lantas timbul pertanyaan, apakah dengan itu manusia menjadi makhluk yang tidak bebas? Tentu tidak, sobat! Allah Ta’ala kiranya pun memberikan kebebasan kepada manusia. Kebebasan yang dimaksud ini ialah kebebasan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan kemauan dan pertimbangan akal manusia itu sendiri. Penemuan-penemuan ilmu baru oleh manusia merupakan salah satu contoh bahwa kita diberi kebebasan dalam berpikir dan berilmu.

Tetapi ingat, meski manusia diberi kebebasan tersebut, hendaknya kita tidak melupakan adanya hukum-hukum Allah. Seperti yang terdapat dalam ayat suci Al Quran surah Ar-Ra’d ayat 16 yang artinya, “Dan hanya kepada Allah-lah bersujud siapapun yang di langit dan di bumi, dengan sukarela atau terpaksa dan demikian juga bayangan-bayangan mereka pada pagi dan petang hari.”

Benar bahwa manusia dianugrahi untuk memiliki kebebasan, namun sedikit-sedikit kita harus tunduk pada apa yang dipaksakan. Manusia hendaknya jangan menduga bahwa kebebasan tersebut dapat disamakan atau bahkan bisa menandingi kehendak Allah Ta’ala. Jangan pula menduga bahwa kita mampu melakukan segalanya tanpa bantuan Allah. Pada hakikatnya, kebebasan yang kita miliki haruslah kita sesuaikan dengan kehendak Allah juga.

Kata-kata “sukarela atau terpaksa” yang terdapat dalam ayat tersebut, nampaknya juga mengisyaratkan kepada dua golongan manusia. Yaitu mereka yang taat secara ikhlas pada hukum-hukum Allah Ta’ala, mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang mukmin. Sementara golongan yang lain adalah orang-orang kafir, yang tunduk kepada Allah dengan menggerutu.

Itulah yang dimaksud dengan merdeka jika menyangkut eksistensi atau keberadaan Allah Ta’ala. Kita ini sebenarnya bebas melakukan apa saja kok, sepanjang tidak lupa untuk selalu mengikut sertakan Allah Ta’ala di setiap tindakan yang kita lakukan. Oleh karena itu sobat, yuk kita hijrah, bertransformasi diri menjadi manusia yang lebih baik, taat pada Allah Ta’ala bukan sekedar kewajiban, tapi karena keikhlasan dan kecintaan pada-Nya.

Sering kali kita dengar pepatah, “Jangan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Hal ini mengisyaratkan bahwa orang yang tak berubah dari buruk menjadi baik atau dari baik menjadi lebih baik adalah orang yang tak melakukan perubahan. Sementara itu orang beriman tak akan melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya.

Orang yang berhijrah, ucap Nabi saw, adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Kita dilarang berbuat maksiat pada-Nya serta berbuat jahat terhadap sesama. Kembali seperti yang dijelaskan di atas, bahwa dalam melakukan segala hal hendaknya kita selalu mengikut sertakan Allah Ta’ala. Perbuatan-perbuatan buruk tersebut secara langsung akan kita jauhi. Sejatinya kita tengah berhijrah jika kita meninggalkan itu semua.

Islam tidak akan puas dengan keimanan yang lemah. Jika lingkungan hidup seorang mukmin tidak selaras dengan keimanannya, ia harus pindah ke tempat yang lebih selaras, dan jika ia tidak berbuat hal demikian, ia tidak akan dipandang sebagai orang yang tulus dalam keimanannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat mencintai orang yang selalu berusaha berubah menjadi lebih baik semata-mata karena ia menyukai kebaikan dan kecintaan pada Allah Ta’ala.

Akal, pikiran, dan hati nurani yang telah Allah Ta’ala karuniakan kepada kita, ini semua semata-mata agar kita selalu berusaha menjadi makhluk yang lebih dan jauh lebih baik. Janganlah kita menyerah dan pasrah pada keadaan diri kita, tentunya Allah Ta’ala tak menyukai hal seperti itu.

Jadi sobat, marilah kita menjadi manusia yang senantiasa selalu maju dan berubah ke arah yang lebih baik, dengan menjadikan Allah Ta’ala sebagai pusat dan alas an kita melakukan hal itu. Insyaa Allah.

 


Facebook


Twitter


Youtube


Instagram


Spotify

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *