Tantangan untuk Generasi Muda Islam dalam Mengisi Kemerdekaan
September 24, 2020
Assalamu’alaikum sobat keren.
Generasi Islam yang tangguh adalah generasi yang siap mengikuti dan mengendalikan perubahan zaman yang semakin kompleks. Salah satu keteladanan yang bisa kita contoh adalah, kepada Nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasallam, sebagai uswatun hasanah. Salah satunya, bagaimana semangat patriotisme baginda nabi dalam mengawal kemerdekaan umat Islam.
Patriotisme adalah bukti nyata bahwa masyarakat siap untuk mengawal perubahan yang terjadi pada suatu bangsa. Sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara, dapat tercermin dalam pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Sejak Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga era reformasi 1998, kesemuanya tak lepas dari peran pemuda pada saat itu, yang mengusung semangat patriotisme. Lalu, bagaimana kenyataan yang terjadi terhadap para pemuda saat ini?
Pertanyaan di atas sangat menantang kita para generasi bangsa untuk melihat sejauh mana kesiapan kita, khususnya para pemimpin, untuk menciptakan pemuda-pemudi yang tangguh dan tidak lengah oleh waktu. Menurut saya banyak cara yang bisa dilakukan para generasi muda untuk menunjukkan rasa patriotismenya, misalnya dengan mengisi kegiatan sehari-harinya dengan hal-hal yang positif dan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan bangsa, seperti kegiatan olahraga, seni, diskusi, pendidikan dan lain sebagainya.
Generasi muda yang anti patriotisme adalah mereka-mereka yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan, norma sosial dan agama serta yang dapat merugikan dirinya sendiri. Seperti mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang, gemar minum minuman keras, pergaulan bebas dan sejenisnya adalah bentuk dari sikap anti patriotisme.
Seharusnya, para pemuda Indonesia menerapkan prinsip Student Today, Leader Tomorrow. Maksudnya, pemuda harus terus belajar meningkatkan kualitas dirinya, sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik. Karena Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk jiwa patriotisme para generasi muda.
Hukum alam bahwa kaum muda adalah penggerak perubahan zaman berlaku juga sampai saat ini. Dan kita, sebagai generasi muda yang hidup pada saat ini harus menyadari akan hal itu. Ibn Khaldûn, seorang filsuf muslim ahli sejarah menyatakan bahwa gerak sejarah peradaban suatu bangsa selalu terulang melalui tiga tahapan generasi, ia menyebutnya dengan istilah teori siklus.
Pertama, generasi pembangun, yang dengan segala kesederhanaan dan solidaritas tinggi, generasi ini berjuang untuk meletakkan pondasi dasar peradaban bangsanya sendiri. Kedua, generasi penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan. Ketiga, generasi yang tidak lagi memiliki hubungan emosional dengan bangsa dan negaranya. Mereka dapat melakukan apa saja yang mereka sukai tanpa mempedulikan nasib bangsa dan negaranya. Mengacu pada tiga siklus sejarah di atas, lantas kemudian di manakah posisi generasi muda kita berada saat ini?
Satu fakta yang tidak bisa kita bantah saat ini bahwa bangsa kita sedang dianugrahi oleh Tuhan yang Maha Esa sumber daya manusia yang sangat luar biasa, yaitu melimpahnya jumlah penduduk produktif pada ahun 2020, dalam hal mana usia angkatan kerja antara 15-64 tahun mencapai 60 persen atau sekitar 160-180 juta jiwa dari seluruh rakyat Indonesia.
Generasi produktif dalam beberapa tahun mendatang sungguh berada pada jumlah yang sangat besar sekali. Bonus Demografi inilah, yang harus kita asah, sebagai modal utama bagi pembangunan nasional, sekaligus sebagai tolok ukur peran pemuda Indonesia dalam mensyukuri dan mengisi kemerdekaan bangsa kita.
Penulis : Kurnia Elfita