Sudah sangat wajar bila ketika kita mendengar kalimat “surga di bawah telapak kaki ibu” maka pikiran kita menempatkan diri sebagai seorang anak yang berusaha untuk memuliakan ibunya, segala pikiran kita dicondongkan untuk mencari jalan yang mampu mengantarkan kita menuju surga yang dijanjikan oleh Allah swt lewat pengkidmatan kepada ibu kita. Namun tanpa mengesampingkan kedudukan kita sebagai seorang anak, kita para Lajnah seiring waktu menurut fitrahnya akan menjadi seorang ibu bagi anak-anak kita kelak.
Maka sebenarnya makna dari kalimat “surga dibawah telapak kaki ibu” ini tidak hanya ditujukan kepada keturunan kita saja, melainkan kita para Lajnah pun harus sadar bahwa kita tidak bisa menuntut anak-anak mampu menyerap nilai-nilai agama tanpa adanya tarbiyat yang kita kenalkan kepada mereka sedari kecil atau dengan kata lain “surga dibawah telapak kaki ibu” ini adalah pengingat bagi kita bahwa ada tuntutan dari Allah swt agar kita mampu mengupgrade diri kita agar menjadi orang tua yang layak disematkan surga dalam diri kita.
Baca Juga : Ibu, You Are My Angel
Menciptakan Surga dalam Keluarga, Tugas Seorang Ibu
Tidak akan ada surga bagi seorang hamba bila ia tidak mampu mencintai pencipta surga, dan tidak mungkin seorang hamba mencintai pencipta surga itu bila ia tidak mengenalNya. maka tugas awal kita bukanlah bersentuhan langsung dengan anak – anak kita, melainkan dengan diri kita sendiri dulu. Bagaimana kita mampu memiliki rasa cinta kepada Allah swt, bahkan seorang guru pun sebelum menunaikan tugasnya ia harus belajar dan mencari ilmu sebanyak – banyaknya, baru bisa menyampaikan apa yang telah ia dapatkan. Dalam khutbah Khalifatul Masih IV ra, 27 Juli 1991 mengatakan
“Hari ini saya berbicara, khususnya bagi para perempuan yang sudah menjadi Ibu, pada saat ia menjadi Ibu, Allah Taala telah memberikan kalian kemampuan untuk mewarnai sekelilingmu dan lingkunganmu dengan cintaNya. Jika kalian belum menjadi Ibu, tetap mulailah membawa kebajikan itu di dalam kehidupan kalian. Sehingga ketika kau sudah menjadi Ibu, kamu sudah menjadi seseorang yang sangat mencintai Allah Taala. Senandungkanlah kepada anak – anakmu asma – asma Allah di tahapan perkembangan ini, disaat anak – anak tumbuh dalam pangkuanmu, bermain dalam rengkuhan tanganmu ataupun ketika sedang menyusui. Ceritakanlah tentang Kecintaan kepada Tuhan, sehingga tahapan selanjutnya akan menjadi lebih mudah. Pada kenyataannya, apa yang terjadi sesuai dengan saya kemukakan sebelumnya. Pengenalan Allah Taala kepada anak yang dilakukan tidak dari tahapan ini, akan sulit nantinya untuk kita coba tanamkan pada mereka. Sampai terkadang si Ibu akan merasa sedih dengan kelakuan anaknya tetapi tidak dapat melakukan apapun. Pengajaran pengenalan anak terhadap Allah Taala dimulai sejak anak lahir.”
Namun jika menyoroti khutbah yang tadi disampai ternyata ilmu mengenai tarbiyat kepada anak sangatlah direkomendasikan dimulai sebelum menjadi seorang ibu, dan walaupun untuk sebagian yang sudah memiliki keturunan tidak ada salahnya untuk mulai merubah perspektif kita selaras dengan anjuran para khalifah. Para calon ibu dan para ibu harus mampu berkomitmen dengan dirinya sendiri sedari sekarang untuk menegakkan tarbiyat kepada anak – anaknya, dikarena ini merupakan tantangan tersendiri bagi kita karena membutuhkan waktu, komitmen, pengorbanan dan penerimaan atas ajaran Islam bahwa mengurus rumah tangga dan anak – anak merupakan pekerjaan perempuan yang paling bernilai.
Baca Juga : Perempuan, Istimewa Bagi Kehidupan
Pentingnya kedudukan seorang ibu
Tentunya ini menjadi arti bahwa kedudukan seorang ibu bagi keturunan didalam rumahnya sangatlah vital, sehingga para calon ibu dan para ibu harus percayaa bahwa ketika Allah mengaruniakan kita dengan tugas yang berat ini, Dia juga mengaruniakan kepada kita kesempatan untuk memperbaiki dan merubah diri kita. Demi memberikan tarbiyat kepada keturunan kita agar muncul perasaan cinta kepada Allah tentu akan membuat kita berusaha menghilangkan berbagai macam kelemahan, merubah sikap dan kebiasaan, mengusahakan kemajuan dalam kehidupan rohani. Disatu sisi kita mengusahakan kehidupan yang bagi anak kita didalam keridhaan Allah namun disisi lain ternyata kita pun sekaligus merubah diri kita untuk mengikuti keinginan dari Allah swt.
Mungkin terdengar berat namun upaya kita sebagai seorang ibu yang mentarbiyati anaknya setara dengan jihad para lelaki, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw,
“wahai kaum perempuan, pahamilah dan sampaikan kepada para perempuan yang kalian wakili bahwa seorang perempuan yang menjaga rumah tangga suaminya dengan cara yang terbaik saat ia tidak ada dan membesarkan anak anaknya dengan akhlaq yang baik akan mendapatkan ganjaran yang sama sebagaimana kaum laki-laki melakukan kebaikan lainnya dan jihad?.”
Ini menjadi arti bahwa bahkan di dalam rumah pun seorang wanita Allah berikan kemampuan untuk menunaikan kewajibannya sebagai orang hamba, Allah berikan kesempatan padanya untuk mengejar keridhaanNya melalui anak-anaknya. Tentu ini adalah kemurahan hati dari Allah swt dimana Dia mengaruniakan sebuah bakat khusus kepada seorang Ibu yang tidak mungkin kita lewatkan begitu saja, disisi lain ini pun menjadi kebaikan bagi diri kita karena mampu membangun generasi baru yang bersandar pada nilai – nilai agama.
Baca Juga : dunia dan kebaikan seorang wanita