Assalamu’alaikum sobat keren. Bagi beberapa orang, shalat fardu terkadang terasa begitu memberatkan. Bahkan, tidak jarang orang melaksanakan shalat fardu di akhir waktu karena memprioritaskan keperluan duniawi lainnya. Dengan arti lain, shalat hanya diberikan waktu sisa dari keseluruhan waktu yang dimiliki seorang muslim. Walaupun tetap dikerjakan, namun hal ini tetap saja tidak bisa dibenarkan.
Shalat adalah perkara wajib yang seharusnya menjadi hal yang sangat diprioritaskan dibandingkan kepentingan lain. Shalat fardu adalah kewajiban bagi setiap umat muslim yang telah baligh, sehat dan berakal. Namun, justru karena label “kewajiban” ini lah, membuat beberapa orang merasa berat dalam melaksanaannya. Kesalahan ini bukan berasal dari waktu pelaksanaan ataupun jumlah rakaat nya, melainkan pola pikir dan cara pandang seorang muslim terhadap hal itu.
Baca Juga :
Jangan sebatas kewajiban saja
Ketika tertanam dalam benak bahwa shalat adalah kewajiban, maka yang ada di dalam pikirannya adalah hanya sekadar bagaimana cara memenuhi kelima waktu tersebut. Tidak terpikirkan apa yang ada di dalam nya bahkan manfaat bagi yang menjalankannya dengan teratur sesuai waktu dan penuh kekusyuan. Apalagi, sifat pengabulan doa yang tidak langsung terwujud begitu saja selepas mengucapkan salam, menjadikan shalat terasa hanya sebatas formalitas bagi seseorang muslim. Padahal, jika merenung secara sederhana sekalipun, hal itu sesungguhnya dapat mendatangkan ketenangan di antara sekian ribu kerumitan masalah duniawi.
Dari Hudzaifahra, ia berkata “Bila kedatangan masalah, Nabisaw mengerjakan shalat.” (HR. Ahmad)
Namun, bagaimana mungkin seorang muslim bisa mendapatkan ketenangan bila dalam melaksanakannya pun dilingkupi rasa terbebani? Apalagi, mengingat kekhusyuan tidak datang begitu saja. Berangkat dari persoalan ini, banyak miskonsepsi mengenai shalat, apakah hanya sebatas kewajiban, ataukah sebenarnya seorang muslim benar-benar membutuhkannya.
Dari Anasra, Rasulullahsaw bersabda, “Yang pertama kali dihisab dari seorang muslim pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, akan baik pula seluruh amalannya. Jika shalatanya rusak akan rusak pula seluruh amal perbuatannya.”
Dalam segi amalan, ternyata shalat memiliki kedudukan paling penting bila dibandingkan dengan amalan lain. Seberapa intens manusia menaruh perhatian terhadap ibadah selama di dunia, menjadi penentu seperti apa ia akan hidup dialam akhirat.
Baca Juga :
Pencegah Perbuatan Keji dan Munkar
Dalam surat Al-Ankabuut: 45 dijelaskan,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ “bacalah Kitab (Al-Qur`an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat mencegah dari (perbuatan keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Bagaimana bisa shalat menjadi pencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar? Bagi beberapa orang yang menkhusyukan shalatnya, memahami setiap bacaan, dan menaruh niat yang lurus terhadap Allahswt, pasti merasakannya sebagai reminder. Bahwa yang memiliki jiwa mereka, yang memiliki kehidupan mereka adalah Allah,dan kapanpun Allahswt ingin mencabut nikmat-nikmat-Nya, maka manusia tidak bisa melakukan apa-apa.
Seperti arti dari bacaan ketika duduk di antara dua sujud, Robighfirlii, warhamni, wajburnii, warfanii, warzuqnii, wahdinii, waaafinii, wafu annii. “Ya Allah, Ampunilah aku, Belaskasihanilah aku, Cukupkanlah segala kekuranganku, Angkatlah derajatku, Berilah rezeki kepadaku, Berilah petunjuk kepadaku, Berilah kesehatan kepadaku, dan berilah ampunan kepadaku.”
Dari bacaan ini terlihat jelas gambaran kelemahan seorang hamba, kepasrahan atas dirinya, hingga ketidakberdayaan di hadapan Tuhannya. Seorang hamba yang berserah akan menjadikan Allahswt sebagai sumber dari segala apa yang ia miliki, seperti rezeki, kesehatan, pekerjaan, kedudukan di dunia, dan lain sebagainya. Bacaan ini terdapat di dalam shalat, yang berarti setiap bacaannya tidak lain adalah jembatan untuk mengoneksikan hamba dengan Tuhannya. Dengan kata lain, shalat adalah penolong bagi manusia untuk mendekati Allahswt.
Berdasarkan hadist riwayat Ahmad, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullahsaw bersabda, “Siapa saja yang menjaga shalat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga shalat, dia tidak kan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir`aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.”
Baca Juga :
Menemukan Ketenangan Batin dengan Shalat
Bagi siapapun yang tidak merasakan manfaatnya secara langsung semasa hidup, dan akhirnya tidak menjaga shalatnya, mungkin ia lupa bahwa kehidupan manusia di dunia sesungguhnya dirancang sebagai arena untuk berlomba mengumpulkan amalan-amalan yang kemudian menjadi penyelamat di kehidupan yang sebenarnya, setelah kematian.
Dalam surah lain dijelaskan mengenai kedudukan shalat bagi manusia, dalam Al-Baqarah: 45 Allahswt berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
Dari ayat ini dijelaskan dengan sangat gambling, tatkala Allahswt berkata bahwa shalat itu berat. Tandanya, hanya orang-orang yang memang berusaha saja yang akan mampu menunaikannya. Bagaimana bisa seorang muslim mampu memetik kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya, bila hanya untuk berdiri menegakannya pun menjadi suatu beban.
Itu lah sebabnya, Allahswt mengatakan bahwa shalat itu berat berat bagi mereka yang tidak tahu manfaat di dalamnya. Tapi, tidak akan demiian halnya bagi mereka yang memahami manfaatnya. Tidak juga bagi mereka yang mengerti bahwa shalatlah amalan pertama, dan salah satu yang utama, serta bagi mereka yang tahu bahwa ia akan menjaga mereka dari sikap keji. Bagi mereka yang menjadikannya pengingat dan pembawa pertolongan di kehidupan selanjutnya, tentu mereka akan sangat membutuhkannya, bahkan sangat menunggu waktu shalat tiba.
Baca Juga :