Juli 2019 merupakan Jalsah terakhir yang bisa kami hadiri. Jalsah yang tak mungkin kami lupakan karena berakhir tragis. Kami terpaksa pergi meninggalkan area karena ada sekelompok orang yang menginginkan acara dibubarkan.
Masih terbayang kepanikan ibu-ibu dan anak-anak yang harus segera diamankan. Semua kendaraan diprioritaskan untuk mengangkut mereka. Hal tersebut cukup membuatku panik, karena aku membawa simpatisan 2 orang. Seorang ibu dan anaknya yang sudah cukup dewasa.
Untungnya mereka sudah kuberitahu tentang keberadaan jemaat yang selalu mendapatkan persekusi dari ormas yang tak menyukai. Aku berusaha menenangkan mereka, sekaligus menenangkan anggota yang lain dalam perjalanan menuju masjid An-Nusrat di Makassar, sementara jalsah kami laksanakan di Gowa.
Ujian masih harus bersambung dengan kehadiran Covid-19 di tahun berikutnya, yang menjadi penantian panjang akan kehadiran jalsah yang lain. Rasa yang kian mengharu-biru semakin memuncak ketika harus menghadapi musibah wabah internaional yang cukup mengenaskan. Tetapi semua harus dihadapi dengan penuh ketawakalan serta beragam usaha agar mampu bertahan di tengah musibah yang berkecamuk.
Baca Juga : Rasa Syukur Kami Bertemu dalam Rindu
Kehadiran Jalsah Salanah Virtual Indonesia 2022 membawa angin segar sekaligus pengobat rindu dalam pertemuan jemaat. Walau sudah sangat banyak acara online yang disajikan secara nasional oleh pusat, tetapi kehadiran jalsah virtual sangat mengobati kehausan pertemuan tahunan jemaat ini.
Apalagi, jalsah bisa diadakan secara offline dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Prokes yang ketat menjadi salah satunya. Begitu juga dengan vaksin yang harus memenuhi persyaratan yaitu sudah dosis kedua.
Kegembiraan menyambut jalsah sudah terasa sejak awal Desember. Semua acara daerah terpaksa ditunda untuk bisa fokus ke acara ini. Wikari amal demi wikari amal hampir tiap minggu kami gelar. Tujuannya hanya satu, agar jalasah bisa berjalan dengan sukses dan lancar.
Segala persiapan mendapatkan perhatian yang serius. Mulai dari tempat, jaringan internet yang harus memadai, panitia yang mendukung terlaksanaya acara serta persiapan akomodasi dan makanan. Persiapan terakhir pun rampung di pekan pertama bulan Januari.
Sungguh tak disangka, persiapan yang begitu matang di rapat ternyata tak sesuai kenyataannya. Dua hari sebelum hari “H”, hujan angin datang menyerbu area jalsah serta merobohkan tenda yang dengan susah payah kami dirikan. Tidak ada waktu untuk memperbaikinya, terpaksa kami berganti rencana dengan membuat tenda di depan masjid.
Aku dan suami datang pada hari Kamis siang sesuai kesepakatan rapat online sehari sebelumnya. Pukul 11 kami datang dan mendapati suasana yang lengang. “Kemana orang-orang yang berjanji akan datang hari Kamis”, pikirku.
Kami pun terhanyut dalam persiapan. Suami membantu mendirikan tenda makan untuk kaum bapak, sedangkan aku bergelut di bagian konsumsi. Menjelang Zuhur, kami menghentikan semua aktivitas untuk menjalankan perintah Allah swt. Salat Zuhur jamak dengan Asar. Satu-persatu panitia kemudian mulai berdatangan.
Baca Juga : Kesan Penuh Khidmat dalam Acara Berberkat
Keesokan harinya, panitia dan tamu semakin banyak yang berdatangan. Kekhawatiran kami tentang masalah keamanan dijawab Allah dengan menurunkan hujan setiap hari. Anehnya, hujan sepertinya memiliki jadwalnya untuk turun.
Hujan yang datang setiap hari tak menyebabkan banjir, namun hanya sekadar meredam suara yang muncul di area jalsah. Setiap acara makan, hujan pun berhenti seperti memberikan waktu yang leluasa agar kami tak kerepotan. Selesai makan hujan pun kembali turun. Kadang deras, kadang hanya rintik-rintik, yang membuat orang malas untuk ke luar rumah. Mungkin itulah salah satu perlindungan yang Allah turunkan pada Jalsah Salanah Virtual Indonesia 2022.
Tiga tahun menanti, pertemuan offline yang mengharukan bercampur suka-cita yang tak terkira. Kami kembali dapat merasakan peluk hangat yang erat dari saudara jauh di 8 cabang. Beragam cerita meluncur dari setiap obrolan di sela-seela acara, tak terkecuali dengan anak-anak nasirat yang langsung akrab bertemu dengan saudara rohaninya.
Seakan tak ada sekat, yang ada hanya riuh-rendah serta candaan yang tak ada henti di antara mereka. Suasana semakin ceria saat panitia membagikan bingkisan. Ada saja tingkah lucunya. Ada yang bergoyang kegirangan, atau ingin cepat mencicipi beragam makanan di dalamnya.
Seiring dengan pidato penutupan dari Bapak Amir Nasional, maka Pertemuan harus berakhir karena dibatasi waktu. Setidaknya, kerinduan 3 tahun silam bisa terobati dengan pertemuan ini walau tak semua dapat hadir. Kami akhiri denga foto bersama di Jalsah Gah, sembari berharap semoga tahun depan bisa hadir kembali di acara yang penuh dengan berkat ini.
Penulis: Erah Sahiba
Baca Juga : Mengulang Kenangan Jalsah Salanah