Pahlawan, Islam, dan Kebangkitan Individu

Pahlawan, Islam, dan Kebangkitan Individu

Sejarah tak pernah bisa diubah, bahwa Islam memiliki para pahlawan yang teramat gagah dan patut diidolakan. Mulai dari sosok mulia baginda Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ , panglima terhebat di segala medan perang, serta penengah beragam perkara dan urusan. Hadhrat Umar bin Khattab radhiyaLlaahu ‘anhu, sosok rendah hati dan sederhana, berkendara keledai tak berpelana namun ketegasannya pada urusan agama senantiasa membuat tinggi wibawanya. Ada pula Sultan Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel, Salahudin Al-Ayyubi, Salman Al-Farisi, dan masih banyak lagi nama-nama hebat yang mengisi ruang ingatan kita dengan kecintaan kepada Islam.

Zaman bergulir, nama-nama hebat para pembela Islam pun hanya menjadi teladan. Beberapa dari kita, barangkali, bahkan ada yang sama sekali tak pernah mendengar seperti apa cerita-cerita mereka. Padahal, hadirnya seorang pahlawan, pastilah untuk membangkitkan gelora juang setiap individu, kelompok, masyarakat, bangsa, dan juga negara. Pahlawan selalu identik dengan berperang mengalahkan sesuatu.Namun, siapapun pahlawan yang tersemat di dalam ingatan kita, apa yang lebih penting harus kita ingat dari sosok para pahlawan?

Baca Juga :

Pahlawan Artinya Perjuangan

Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menjadi pribadi yang bergerak maju. Kedamaian di dalam Islam bukan berarti Islam tidak memberikan isyarat untuk “berani”, kepada apapun yang harus kita taklukan. Tidak ada makna perjuangan, jika tak satu hal pun bisa kita tundukkan. Demikian luar biasanya kedamaian Islam, hingga dalam konteks perjuangan pun, Islam memberikan isyarat yang tak kalah hebat, bahwasanya perjuangan terberat dan terbesar, adalah ketika kita bisa takluk di dalam sabar.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”.( Al-Anfal : 65 )

Itulah firman dari Allah Ta’ala sebagai isyarat kepada Nabi Muhammad ﷺ, bahwa jiwa pejuang, tidak selalu harus terlihat sebagai seorang yang gagah di medan perang. Tidak juga hanya pantas bagi mereka yang lincah memainkan pedang. Namun kebangkitan agama ini, tidak hanya karena jiwa heroik yang dimiliki oleh baginda nabi dan para pengikutnya, akan tetapi juga pernah ditorehkan dengan perintah untuk sabar menghadapi kaum-kaum yang tidak mengerti akan kebenaran.

Sebagaimana Islam adalah segolongan kaum, di mana kita berdiri di dalamnya, maka kebangkitan Islam pun, membutuhkan kebangkitan kualitas individu para pemeluknya. Bangkit menjadi pejuang dan pahlawan bagi diri sendiri, dengan menjadi pribadi yang berpegang kukuh kepada tali agama Allah. Berjuang bagi Islam, adalah menjadi pahlawan bagi kemaslahatan umat. Bukan berapa banyak darah yang harus kita tumpahkan untuk mendapatkan gelar pahlawan, namun seberapa tinggi amarah yang sudah kita taklukkan dengan kesabaran, sehingga luluh keburukan, dan berubah menjadi cinta kasih di jalan kebaikan.

Penulis: Rahma Roshadi

Baca Juga :

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *