Mungkinkah Cita-cita Menjadi Berhala?

Mungkinkah Cita-cita Menjadi Berhala?

Mungkinkah Cita-cita Menjadi Berhala?

Assalaamualaikum, sobat keren.

Sejauh ini, apa sih cita-cita kalian?

Siapa yang ingin kaya? Atau ada yang pingin banget jadi dokter? Atau, barangkali kalian ingin melanglang buana ke negeri lain, belajar dan dapat beasiswa sambil travelling?

Hm, semua tentu boleh banget bahkan harus maksimal mengejar cita-cita, ya. Seperti kata Agnes Monica “Dream, Believe, and Make it happen”, atau penemu-penemu yang sempat dianggap gila namun karyanya berhasil memberi manfaat untuk dunia. Sebagai muslim, hal ini juga terkait dengan qada dan qadar, yang harus kita yakini sesuai rukun iman.

Lalu, bagaimana jika kehidupan berjalan tidak sesuai harapan, dan mimpi-mimpi kita berserakan di tengah jalan?

Baca Juga :

Manusia Perlu Cita-Cita Untuk Masa Depan

Mimpi atau cita-cita tentu perlu kita miliki, sebagai bukti bahwa kita memiliki daya pikir dan rasa ingin tahu, serta kekuatan untuk mewujudkannya. Selain itu, cita-cita juga merupakan bukti bahwa seseorang mempersiapkan masa depannya dengan baik.

Allah swt berfirman dalam Surat Al-Hasyr: 18,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Sebuah makna tersirat dari surat tersebut, adalah bahwa segala hal yang masih ada di masa depan dan belum kita alami pun memerlukan perjuangan untuk meraihnya. Setiap orang beriman diharuskan untuk mempersiapkan apa yang akan ia usahakan di masa depan, di samping memiliki sikap berserah, sabar, dan bersyukur.

Diriwayatkan juga dalam sebuah hadis,

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tidak akan datang kepadanya, kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya maka Allah akan meringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta. (HR. Baihaqi dan Ibnu Hibban)

Baca Juga :

Akhirat, Tujuan Hidup Yang Utama

Menurut hadis di atas, meskipun kita memiliki mimpi untuk menggapai cita-cita, namun tetap harus menjadikan akhirat sebagai tujuan atau puncak cita-citanya. Jangan sampai cita-cita mulia menjadi berhala, karena hanya fokus ke tujuan duniawi saja.

Artinya, apapun yang kita raih di dunia ini, haruslah bertalian dengan Tuhan, dan bukan sekadar ingin mendapat gelar. Bagaimana caranya?

Pertama, pastikan luruskan dulu niat kita dalam menggapai mimpi. Apakah pencapaian cita-cita ini murni bertujuan ibadah kepada Tuhan, ataukah sekedar gengsi dan ingin dianggap orang hebat?

Kedua, syukuri keadaan apapun yang kita dapatkan. Selalu yakini bahwa Allah sebaik-baik penentu kehidupan, berserah dengan meyakini dalam hati bahwa Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ketiga, nikmati proses bertumbuh dalam keadaan apapun. Jika Allah mau, maka Dia akan berikan kapan pun dan apa pun yang kita minta.

Keempat, jangan lepas harap melalui doa dengan penuh kerendahan hati. Allah sangat suka dengan hamba-Nya yang selalu optimis, namun rendah hati dengan selalu berdoa. Sementara orang yang dianggap sombong adalah mereka yang tidak mau berdoa meminta kepada Rabb-nya.

Kelima, kalau masih belum tercapai juga cita-citanya, at least lakukan peran yang kita jalani sekarang sebaik-baiknya. Apapun yang sedang kita lakukan dan terima adalah amanah, meski bukan yang paling kita inginkan. Upayakan dapat menarik kasih sayang Allah dengan segala amal, yang bisa membuat Allah tersenyum dan makiin sayang sama kita.

Ingat lagi dan ingat terus bahwa tujuan penciptaan kita adalah untuk beribadah, dan menjalankan ibadah tetap harus berjalan meskipun kehidupan tidak berjalan seperti yang kita impikan. Ingat bahwa ibadah dan doa kita harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar cita-cita kita tercapai, dan setelah tercapai, jangan lepaskan ibadah dan doa kepada Allah Taala.

Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang penuh rasa syukur dalam menjalani kehidupan sekarang dan masa depan. Stay ajeg in lyfe dengan perkuat tauhid. Kita punya Allah, alaisallahu bikaffin abdahu.

Penulis : Mayang Asri

Baca Juga :

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *