Assalamualaikum sobar Islamkukeren! Salah satu sifat tercela yang bisa menjadi salah satu penyakit hati adalah sifat ‘ujub. Mungkin kita sering mendengar kata takabur, riya, dan lain sebagainya tapi belum banyak mendengar tentang sifat ‘ujub. Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud sifat ‘ujub?
Terkadang kita merasa telah banyak berbuat baik dalam kehidupan, kita merasa telah melakukan sesuatu untuk dunia, agama, menggapai banyak pencapaian, lalu hati kita menganggap remeh orang yang tak seperti dirinya. Atau bahkan menganggap mereka lemah dan tak berguna. Tak sadar bahwa perasaan seperti ini bisa membatalkan amalnya. Ini yang banyak dialami oleh kita tanpa kita sadari. Merasa diri sudah lebih dari orang lain dan lebih paham dari yang lain. Padahal kekurangan kita teramat banyak. Maksiat kecil-kecilan bahkan yang besar masih dilakoni. Ilmu yang telah kita pelajari pun sedikit yang diamalkan. Prinsip yang harus dipegang adalah jangan selalu merasa diri sudah baik, namun berusaha terus untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Perasaan seperti ini disebut dengan “‘ujub”. Bagaimana pandangan islam tentang kondisi ini? Lalu apa pengaruhnya terhadap amalan kita?
Allah SWT berfirman :
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍDan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Luqman : 19
‘Ujub, Sifat Yang Perlu Dihindari
‘Ujub dalam islam diartikan sebagai perilaku atau sifat mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan dirinya sendiri. Sifat ‘ujub adalah salah satu sifat tercela atau sifat yang harus dihindari oleh umat muslim karena sifat ini bisa membuat seseorang menjadi takabbur maupun riya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh beberapa ulama diantaranya : Ibnul Mubarok mengatakan bahwa perasaan ‘ujub adalah ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sedangkan Imam Ghazali menyebutkan bahwa perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa memilikinya sendiri serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT. Orang yang memiliki sifat ‘ujub tidak akan mengembalikan keutamaan yang dimiliki tersebut kepada Allah SWT”.
Dari uraian dan pendapat ulama diatas maka dapat diketahui bahwa ‘ujub adalah suatu perilaku tercela meskipun hanya ada di batin saja. Misalnya seseorang yang merasa bangga akan kepintarannya dan memandang rendah orang lain. Hal ini tentu tidak dibenarkan dalam islam karena segala yang dimiliki oleh manusia adalah karunia Allah SWT. Seorang muslim seharusnya merasa rendah diri terutama di hadapan Allah SWT dan merasa bahwa hanya Allah sajalah yang pantas memiliki rasa bangga tersebut sebagaimana firman-Nya :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُKepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.
Ali Imran : 110
Selain itu, ‘ujub bisa mendatangkan banyak bahaya dan mudharat bagi manusia sehingga Allah dan Rasul melarang adanya sifat ini dalam hati seorang muslim. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ‘ujub (takjub pada diri sendiri).”
Abdur Razaq, hadist hasan
Demikian pula sabda beliau ﷺ :
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ“Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ‘ujub ! ‘ujub !”
Al-Baihaqi
Sikap terkecil dari ‘ujub adalah merasa diri telah menjadi orang yang baik sebagaimana yang ditanyakan kepada Aisyah ra. siapakah orang yang terkena ‘ujub, beliau menjawab : “Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik” ( Syarah Jami As Shaghir ). Menganggap diri telah menjadi baik saja bisa dianggap ‘ujub, Bagaimana bila disertai dengan menganggap remeh orang lain? Tentu saja hal itu akan mengarah kepada sikap takabbur dan Allah tidak menyukai orang yang takabbur.
Hd. Masih Mau’ud as. Dalam hal ini mengatakan:
“Di dalam Quran Syarif, Allah Ta’ala juga telah meletakkan amal salih bersamaan dengan iman. Yang disebut amal salih adalah yang di dalamnya tidak ada keburukan sebesar zarah pun. Ingatlah, amal manusia senantiasa diintai oleh pencuri. Apa itu? Riya (pamer), sombong, dan berbagai macam keburukan serta dosa melekat padanya. Akibat itu semua amal menjadi bathil.
Amal salih adalah yang di dalamnya tidak ada pikiran akan keaniayaan, kesombongan, riya (pamer), takabbur, dan menginjak hak-hak manusia.” | MALFUZAT
Selain bisa mendatangkan mudharat dan keburukan tidak hanya di dunia ini saja, ‘ujub juga bisa mendatang dosa bagi yang yang memilikinya seperti yang tercantum dalam surah Luqman ayat 19 diatas.
Baca juga: Riya dan Sum’ah: Si Kecil yang Membawa Manusia pada Kehancuran
Kerugian Yang Didapatkan Dengan Membanggakan Diri Sendiri
‘ujub selalu membawa kerugian bagi yang meilikinya. selain mudharat dan mengarah kepada dosa, kehadirannya juga akan mendatangkan berbagai macam kerugian lainnya. Diantaranya yaitu :
1. Terjerumus Ke Dalam Sikap Teperdaya (Ghurur), Takabur, Hasad (Dengki), Dan Riya.
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi SAW bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikit pun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ‘ujub” | Al Bazzar
Rasulullah ﷺ bersabda :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi.
Nasa’i
Sikap ‘ujub akan berdampak pada kelengahan pelakunya dan keengganannya dalam mengintrospeksi diri. Seiring berjalannya waktu, sikap ini akan mencapai klimaks dengan menyepelekan dan meremehkan potensi orang lain sehingga pelaku terjerumus dalam keteperdayaan diri. Pujian yang berlebihan atas dirinya menyebabkan dirinya tertipu, ia pun menjadi riya memamerkan segala kelebihan dirinya.
Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ تَعَاظَمَ فِيْ نَفْسِهِ واخْتَالَ فِي مَشْيَتِهِ لَقِيَ اللهُ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُDari Ibnu ‘Umar ra., Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang merasa besar dalam dirinya dan dia sombong dalam cara berjalannya maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam kondisi Allah murka kepadanya.”
Hakim, Ahmad
Lebih jauh lagi, ia akan merasa lebih dari orang lain dan meremehkan jati diri dan kepribadian orang lain. Dengan demikian, ia telah bersikap sombong. Seterusnya, ia merasa tidak senang jika ada orang lain yang menyaingi dirinya sehingga muncullah iri hati dan dengki.
Mengenai hal ini Hd. Masih Mau’ud as. Bersabda :
“Janganlah gembira sedemikian rupa atas keberhasilan-keberhasilan duniawi dan yang sementara itu, sehingga kalian akan menjadi jauh dari keberhasilan hakiki, melainkan jadikanlah keberhasilan-kebarhasilan itu sebagai sarana untuk mengenal Allah. Jangan lupa daratan (sombong) atas kegigihan dan upaya kalian, dan jangan menganggap bahwa keberhasilan ini merupakan buah suatu kemampuan dan kerja keras kalian.” | MALFUZAT
2. Mengundang Murka Allah SWT
Rasulullah ﷺ bersabda :
“Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Allah”
Baihaqi
Ada dalam suatu keterangan bahwa barangsiapa yang dimurkai Allah SWT, seluruh penduduk langit akan memurkainya, dan pada akhirnya ia pun akan dibenci penduduk bumi; mereka akan menjauhi, tidak ingin melihat, juga tidak ingin mendengar suaranya. Sebaliknya, buah manis untuk orang yang telah dicintai Allah adalah ia akan dicintai dan diterima di tengah penduduk bumi.
3. Terhalang Dari Bimbingan Allah SWT
Sering kali ‘ujub akhirnya menjadi kepribadian si pelaku dan dijadikan acuan dalam melakukan segala sesuatu. Ia melupakan Allah SWT, Sang Penciptanya, Pengurus segala urusannya, Pemberi segala kenikmatan lahir dan batinnya. Akhirnya ia ditelantarkan, tidak mendapatkan bimbingan (taufik) dari Allah dalam setiap aktivitasnya.
Sunnatullah telah menetapkan bahwasanya Allah SWT tidak akan memberikan bimbingan dan petunjuk kecuali kepada orang-orang yang menghinakan dirinya di hadapan-Nya, menghindarkan diri dari godaan setan, memohon perlindungan sepenuhnya kepada Allah, dan menghabiskan seluruh hidupnya untuk tunduk patuh hanya kepadaNya.
Hd. Masih Mau’ud as. mengatakan :
“Kesombongan dan keangkuhan timbul dari amarah, dan kadang-¬kadang amarah itu sendiri merupakan hasil dari kesombongan dan keangkuhan, sebab amarah tersebut timbul tatkala seorang manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. …
… Tuhan mengetahui siapa yang besar atau siapa yang kecil. Hal demikian itu adalah semacam kenistaan. Dirisaukan bahwa kehinaan tersebut tumbuh besar bagaikan benih dan mengakibatkan kehancuran baginya.” | MALFUZAT
4. Mendapatkan Kerugian Di Akhirat
Orang yang mempunyai sifat ‘ujub adalah orang yang durhaka kepada Allah, karena ia tidak sadar bahwasanya Allah SWT-lah yang memberikan segala keutamaan nikmat tersebut kepadanya.
Hd. Umar bin Khatab ra. pernah berkata, “Siapa pun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapa pun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”
Selain itu, ditempat lain Qatadah juga mengatakan, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadu, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”
5. Menyebabkan Kebencian Dari Orang Lain
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya.
Rasulullah ﷺ bersabda :
من أحبَّ أن يتمثَّلَ له النَّاسُ قيامًا ، فليتبوَّأْ مقعدَه من النَّارِ“Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka”
Abu Dawud
Hd. Masih Mau’ud as. Juga mengatakan :
“Apa yang menyebabkan timbulnya permusuhan di antara sesama? Yaitu kekikiran, kesombongan, sikap mementingkan diri (egois) dan dorongan-dorongan emosi.” | MALFUZAT
6. Menyebabkan Mengumbar Nafsu Dan Melupakan Dosa-Dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi ﷺ bersabda,
وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ“Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ‘ujub”
Baihaqi
Kesimpulannya, merasa diri paling benar, paling suci, paling aman dari dosa, paling beriman atau bahkan paling berhak masuk surga adalah beberapa bentuk sikap ujub dalam Islam dan merupakan perbuatan yang sangat dicela oleh Allah Ta’ala. Sikap ini akan mengarah kepada keburukan yang lebih banyak lagi. Karena itu, sebagai seorang muslim sangat dianjurkan untuk selalu introspeksi diri guna menghindarkan kita dari berbagai penyakit hati seperti ujub, riya, takabur, dan lain sebagainya.