Assalamu’alaikum, sobat keren. Setiap orang di dunia ini pasti pernah merasa tersakiti. Bukan tak mungkin, baik sengaja maupun tidak disengaja kita juga pernah menyakiti orang lain. Lalu Pernahkah kita mencoba untuk memaafkan?
Sebuah nasihat mengatakan, hati yang tersakiti ibarat dinding yang ditusuk paku. Di mana ketika paku tersebut telah dicabut, tetap meninggalkan lubang di dinding. Begitu berat, sulit, pahitnya memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi jika kesalahan yang dilakukan sangat fatal. Beberapa orang bahkan memilih say good bye a.k.a memutuskan silaturahmi untuk memberikan hukuman kepada orang yang telah menyakitinya.
Baca Juga :
Manusia Selalu Dihadapkan Pada Pilihan
Sebagai manusia, kita punya pilihan. Memilih menyimpan dendam atau memaafkan adalah hak kita sepenuhnya. Namun pada keduanya, tentu ada konsekuensi tersendiri yang berpengaruh dalam kehidupan.
Keinginan kita untuk tidak memaafkan membuat kita merasa puas, mengingat bagaimana kita pernah merasa terluka oleh kata-kata atau tindakan seseorang. Tidak ada yang salah ‘kan? Toh kita juga sudah tersakiti olehnya. Tidak salah, namun harus kita ketahui bahwa menyimpan dendam hanya akan membuat kehidupan yang berat ini jadi semakin berat.
Pada dasarnya, memaafkan adalah buah dari kekuatan, keberanian, cinta, keyakinan, empati, dan keterbukaan yang tidak semua orang memilikinya. Namun, seorang mukmin pasti mampu meraihnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ " … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan" ( QS. Ali Imran: 134 )
Siapa sih yang nggak mau mendapat hadiah cinta dari Allah Ta’ala? Sudah tentu cinta yang sangat bernilai itu, memerlukan pengorbanan untuk mendapatkannya. Salah satu jalan untuk mendapatkan cinta dari Allah Ta’ala adalah dengan memaafkan.
Baca Juga :
Memaafkan, Bisa Yuk !
Sikap maaf juga memberi banyak dampak positif dalam kehidupan dan cenderung memberi ketenangan di dalam hati. Tidak membalas kesalahan seseorang melatih kita menjadi pribadi yang rendah hati.
Kalau kita kaji kembali, bagaimana Rasulullah saw disakiti, rasanya rasa sakit kita karena sikap orang lain tidak seberapa. Namun kita lihat, Rasulullah saw memberi teladan yang sempurna bagi kita dalam hal memaafkan. Maka, jika terasa sulit memaafkan, ingatlah kehidupan Rasulullah saw.
Kurang apa lagi penderitaan Rasulullah saw dan kaum muslimin di Mekkah akibat penindasan kaum kuffar? Lantas apa yang dilakukan Rasulullah saw ketika Mekkah ditaklukan dan kaum kuffar ketakutan akan balas dendam kaum muslimin? Rasulullah saw justru masuk dengan damai seraya berkata, “Hari ini adalah hari pengampunan”.
Tidak ada alasan bagi kita sebagai mukmin untuk tidak memaafkan kesalahan saudara kita. Apalagi kita tahu kalau penderitaan yang kita rasakan ketika disakiti tidak separah kaum muslim awwalin.
Hadhrat Masih Mauud as bersabda berkenaan dengan memaafkan :
"Segeralah berdamai satu sama lain, dan maafkanlah kesalahan saudara-saudaramu. Walaupun seandainya kamu berada di pihak yang benar, bersikaplah merendah diri, seakan-akan kamu yang bersalah agar kamu diampuni. Lepaskanlah segala yang menggemukan hawa nafsu, sebab pintu surga tidak dapat dilalui oleh orang yang gemuk hawa nafsunya" ²
So, sobat keren, semoga setelah ini kita tidak pernah lagi ragu-ragu untuk memberi maaf. Yuk, kita gapai kecintaan Allah Ta’ala dengan memaafkan.
Ref :
¹Riwayat Rasulullah saw
²Bahtera Nuh
Baca Juga :