Melangkahlah Karena Allah, maka Allah Ada dalam Setiap Langkah

Melangkahlah Karena Allah, maka Allah Ada dalam Setiap Langkah

Melangkahlah Karena Allah,maka Allah Ada dalam Setiap Langkah

Rahma Roshadi

March 30, 2020

Assalamualaikum. Sobat keren! Adakalanya kebutuhan mencari makan dan penghidupan membuat manusia harus melakukan semuanya. Apapun pekerjaan yang diberikan, perintah apapun yang diterima, adalah suatu hal yang harus dilakukan dengan sempurna, dan tak seorang pun boleh menghalanginya. Demi penghasilan bulanan, yang salah satunya untuk makan.

Namun pada satu titik, pernahkah kita menjumpai sebuah konflik pribadi, di mana pekerjaan atau perintah tersebut harus mutlak kita tinggalkan, padahal pekerjaan ini sudah menjadi lumbung padi. Beranikah kita mengambil keputusan?

Mari kita ambil contoh, seseorang yang bekerja di perusahaan yang bisnis utamanya adalah hasil tambahan pinjaman yang mengandung riba. Berada di perusahaan besar, rekan kerja yang menyenangkan, dan tentu saja gaji tiap bulan serta bonus yang menggiurkan. Tapi ketika kita membaca dan mengetahui firman, fatwa, atau nasihat tentang haramnya riba, apakah hanya atas nama ‘hidup enak’ kita tetap bertahan di dalam kubangan uang haram? Apakah kita akan tetap bertahan dengan kecintaan kita pada pekerjaan dunia, tapi di saat yang sama melakukan dosa besar riba?

Pada contoh lain, ketika datang seseorang dalam hidup kita yang selalu nyinyir atau dengki dengan setiap jengkal langkah kita, sementara orang tersebut tidak lain adalah atasan, tetangga dekat, atau bahkan saudara. Ada titik konflik, jika kita terus-menerus diam, amarah dalam hati rasanya sudah sangat membuncah. Namun di sisi lain, perseteruan hanya akan menimbulkan lelah fisik dan pikir, perdebatan tanpa solusi, dan permusuhan yang makin memuncak. Apakah kita akan mengikuti ego untuk mempertahankan sekadar ‘harga diri’ di mata manusia, namun mengorbankan harga diri di mata Allah taala sebagai hamba yang mampu berjihad melawan nafsunya?

Sami’na wa atho’na, dan kewajiban untuk taat akan muncul seketika setelah kita mengetahui ilmunya. Tapi setelah kita mendengar perintahNya, apakah hanya karena kebutuhan makan dan hidup semata, kita mengabaikan ajaran kebaikan, seolah-olah kita takut dengan urusan makan dan kebutuhan di masa depan?

Apa bedanya diri ini sebagai manusia, dengan binatang yang melakukan segala hal, hanya untuk urusan hidup dan makan?

“Sesunggunya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR Ahmad, sanad sahih)

[DISPLAY_ULTIMATE_PLUS]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *