Kiat Memperoleh Hidup Bahagia

Kiat Memperoleh Hidup Bahagia

Kiat Memperoleh Hidup Bahagia

Islam Keren

July 23, 2020

Assalamu’alaikum sobat keren,

Setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Ya, betapa tidak, karena ini merupakan bagian dari fitrat manusia; selalunya menginginkan kebahagiaan, hidup dengan ketenteraman dan kedamaian, serta sebisa mungkin terhindar dari segala macam kesusahan dan ketidak-bahagiaan.

Kita tahu bahwa kebahagiaan itu datang dari berbagai macam kondisi. Misalnya, ketika kita punya harta melimpah, rumah dan mobil mewah, serta punya berhektar-hektar tanah dan sawah, maka tentu itu bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi kita. Seseorang yang bisa menikahi dan hidup bersama dengan orang yang sangat dicintainya, di situ pun terletak kebahagiaan. Ketika satu waktu kita bisa dapat pekerjaan yang baik dengan jabatan dan penghasilan yang tinggi, maka kita pun berbahagia. Artinya, tidak dipungkiri bahwa sumber-sumber kebahagiaan dalam hidup kita itu bisa dari mana saja dan bisa diperoleh kapan saja.

Namun, jika kita lihat dan renungkan lebih seksama, kondisi bahagia yang demikian masihlah relatif, dan hanya merupakan bagian kecil dari kebahagiaan besar yang bisa kita dapatkan. Seseorang yang bahagia karena hidup bergelimang harta, bisa jadi hidup merana ketika semuanya hilang sirna. Pun demikin ketika bahagia karena memperoleh pekerjaan dan jabatan, sesaat saja bisa berubah ketika itu semua lepas dari genggaman. Oleh karena itu, ada satu sumber kebahagiaan sejati yang sebetulnya bisa kita dapatkan, yang nilainya itu jauh lebih besar dan lebih langgeng ketimbang dari hanya sekedar memiliki harta, pekerjaan, atau yang lainnya.  Jika ini kita peroleh, maka apapun kondisinya, punya harta atau tidak, punya pekerjaan atau tidak, maka tetap saja kita akan hidup dengan penuh kebahagiaan. Untuk itu perlu kiranya kita mencari apa sumber kebahagiaan hakiki itu.

Di dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman :

“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ketahuilah! Hanya dengan mengingat Allah, hati akan memperoleh ketenteraman.” (QS. Ar-Ra’d : 28)

Ayat di atas menerangkan bahwa, dengan berdzikir atau mengingat Allah-lah hati kita memperoleh ketenteraman, dan inilah sebenarnya yang menjadi sumber kebahagiaan sejati kita. Di saat kita mengingat Allah, artinya kita sedang mengingat Zat yang telah menciptakan kita, Zat yang telah menganugerahkan segalanya bagi kita, Zat yang Maha Baik dan Maha Mengampuni segala kelemahan dan kesalahan kita, Dia-lah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Ketika kita selalu ingat kepada-Nya, tentu apa yang menjadi perintah dan kehendak-Nya, kita akan berusaha untuk memenuhinya. Dan sebaliknya, apa yang membuat-Nya marah, kita pun berusaha untuk tidak melakukannya. Artinya, baik hati, pikiran, maupun perbuatan akan selalu diselaraskan dengan-Nya. Di saat kondisi demikian, maka Allah akan sangat menyayanginya, Dia akan anugerahkan karunia-karunia yang jauh lebih besar lagi kepadanya yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya; Dia pun mengabulkan apa yang menjadi doa-doanya.

Ya, memang, kita pun bahagia ketika memperoleh banyak harta, namun sekali lagi itu hanya sementara. Kita juga bahagia saat kita dihargai karena kita berprestasi di tempat kita bekerja, namun itu pun hanya sementara. Semuanya bisa berubah dalam sesaat saja ketika apa yang kita dapatkan itu hilang sirna. Namun tidak dengan Allah Ta’ala, Dia itu abadi, Zat dan sifat-Nya kekal selamanya. Ketika kita selalu ingat kepada-Nya, maka artinya kita menggantungkan diri kepada Zat yang tidak akan pernah sirna, Zat yang segala khazanah dunia dan alam semesta adalah milik-Nya semata, dengannya Dia menjamin setiap kebutuhan manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Di saat hamba-Nya selalu ingat kepada-Nya, curahan kasih sayang, pertolongan dan ridho-Nya akan senantiasa menaunginya. Maka, kebahagiaan apa lagi yang lebih besar dari itu?

Tentang hal ini, permisalannya adalah seperti seorang anak dan ibunya. Seorang anak pasti bahagia ketika ia mendapatkan suatu mainan baru atau makanan yang disukainya. Namun, kebahagiaan terbesar baginya tetaplah ketika ia mengingat dan dekat dengan ibunya; ketika ia memperoleh curahan kasih sayang dari ibunya, dan ketika ia mendapatkan perlindungan dari segala bahaya yang mengancamnya. Apalah arti kebahagiaan mendapatkan sebuah permen yang manis, namun ia lupa dan menjauh dari dekapan ibunya? Bahkan, ketika sang anak memperoleh semua yang diinginkannya sekalipun, tetap saja akan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya ketika ia melupakan dan menjauh dari sang ibu yang selalu menyayanginya. Begitu pun dengan Allah Ta’ala, di saat kita mulai lupa dengan-Nya, menjauh dari-Nya, apa yang menjadi kehendak-Nya tidak kita tunaikan, dan apa yang tidak disukai-Nya malah kita lakukan, bagaimana kita akan bahagia? Dan dalam kondisi demikian, artinya kita lepas dari curahan karunia Allah yang istimewa, kita luput dari perlindungan-Nya yang khas, sehingga sedikit saja bahaya mengancam, maka akibatnya hancurlah kehidupan kita.

Jadi, kebahagiaan kita yang hakiki adalah tatkala Dia selalu meridhoi kita. Dan keridhoan-Nya, didapat dengan kita selalu ingat, taat dan patuh kepada-Nya.

Penulis : Muhammad Ali


Facebook


Twitter


Youtube


Instagram


Spotify

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *