Ingin Selamat Dari Wabah? Jangan Cuma Pasrah!

Ingin Selamat Dari Wabah? Jangan Cuma Pasrah!

Ingin Selamat Dari Wabah? Jangan Cuma Pasrah!

Zaratun Aini

June 19, 2020

Ingin selamat dari wabah

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh. Mungkin beberapa bulan yang lalu kita tidak pernah terpikir akan berada di tengah wabah seperti ini. Pastinya kita semua ingin selamat dari wabah ini. Tapi tentu perlu ikhtiar terlebih dahulu. Berikut penjelasannya.

Sobat keren, 14 abad yang lalu, Rasulullah saw telah menyampaikan berbagai isyarat kenabiannya, tentang perkara-perkara yang akan terjadi di akhir zaman. Isyarat ini, tentu menjadi pelajaran dan hikmah berharga bagi kita sebagai pengikutnya di masa sekarang. Salah satu isyarat yang disampaikan adalah terkait dengan wabah. Beliau saw telah mengingatkan, “Sumber petaka itu berasal dari arah Timur, yaitu arah terbitnya tanduk setan atau tanduk cahaya matahari.” (HR Bukhari)

Apabila dikaitkan dengan pandemi corona saat ini, maka hal tersebut telah terbukti, karena virus ini berasal dari arah timur, yaitu kota Wuhan di China.  Hingga saat ini, sebaran virus ini bahkan masih terus menghantui banyak negara-negara di dunia.

Dalam perjalanannya, negara-negara di dunia pun menerapkan banyak strategi bagi negaranya, untuk melindungi kesehatan wargan egaranya, populasi, dan juga kondisi ekonominya. Salah satunya, yang juga diterapkan di Indonesia, adalah sistem lockdown, atau yang diadaptasi menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca juga : Ingin Memperoleh Kesuksesan Sejati? Ini Caranya…

Pergerakan masyarakat diatur sedemikian rupa oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya anjuran untuk lebih banyak tinggal di rumah, dan mengurangi aktivitas di luar yang bersifat massal atau kerumunan. Apakah hal ini juga dilakukan di masa baginda Nabi saw?

Dari Aisyah ra, bahwasanya beliau ra berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang wabah (tha’un), maka Rasulullah saw mengabarkan kepadaku: “Bahwasannya wabah (tha’un) itu adalah azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha’un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid.” (HR Bukhari)

Di dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda tentang hari-hari petaka di mana seseorang tidak merasa aman dari teman duduknya. “Ketika beliau saw ditanya bagaimana sarannya untuk menghadapi situasi zaman seperti itu, maka Nabi Muhammad saw bersabda, “Menjaga lidah dan tanganmu dan hendaknya engkau menjadi penghuni rumahmu.” (HR. Abu Dawud).

Maka dalam hal ini jelas, bahwa Islam pun menggaris bawahi sebuah ikhtiar untuk sehat dan menghindari sebaran wabah penyakit, meskipun di dalam Islam kita meyakini adanya takdir yang pasti tentang kematian. Lebih jauh lagi, hadits ini mengandung makna bahwa, ketika menghadapi sebuah ujian atau teguran dari Allah Ta’ala berupa datangnya wabah, maka menjaga lisan dan perilaku adalah termasuk satu upaya menuju keselamatan. Pasti semua ingin kan selamat dari wabah ini?

Baca juga : Bijak Menyikapi Normal Baru

Wabah mungkin adalah azab bagi sebagian orang, akan tetapi kita tidak memiliki pengetahuan tentang siapa mereka dan apa dosanya. Wabah juga barangkali hanya sebuah penyakit yang bisa dicegah, namun tetap saja kita tidak boleh menganggapnya remeh, bahkan ditempatkan sebagai bahan gurauan.

Maka dari itu, sikap terbaik seorang mukmin adalah dengan saling membantu, menghargai, dan menghormati siapapun yang bisa kita bantu, tanpa harus membedakan hal-hal duniawinya. Sebagaimana slogan Love For All Hatred For None, maka mencintai manusia dan menghormati eksistensinya adalah sebuah penghargaan di mata Allah dan juga di mata manusia lain, alih-alih mendiskriminasi dan memberikan stigma negative kepada orang lain, yang mungkin jauh lebih bertakwa dari kita.

Cukuplah dengan mengikuti anjuran-anjuran pemerintah, menjaga kebersihan diri, dan menebarkan energi-energi positif bagi lingkungan, menjadi sebuah ikhtiar untuk meredam keriuhan dan kepanikan masyarakat di tengah wabah. Pasrah pada takdir kematian, bukan berarti kita berjalan di muka bumi dengan keangkuhan, dan tidak mengindahkan aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah setempat.

Semoga sobat keren di manapun berada senantiasa sehat, terhindar dari wabah, dan semoga wabah ini cepat berakhir. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.

Note : Jika postingan ini dirasa bermanfaat silahkan untuk menshare kembali.


Facebook


Twitter


Youtube


Instagram


Spotify

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *