Assalamu’alaikum, Sobat Keren! Bagaimana, nih keadaan batinnya? Sejauh ini, sudah mampukah ikhlas merelakan sesuatu yang telah hilang itu?
Sobat Keren, ketika kita menghadapi masalah dan harus merelakan sesuatu, tidak asing di telinga bila mendengar kalimat “udah, ikhlasin aja. Nanti juga ada gantinya yang lebih baik”.
Kalimat yang seringkali dianggap instan supaya tenang. Tapi, bagi mereka yang merasakannya sungguhlah berat. Ternyata, ikhlas tidak semudah kata.
Sob, sebagai manusia biasa, mengikhlaskan suatu hal memang tidak mudah dilakoni. Tidak jauh beda halnya dengan sifat sabar yang pada suatu waktu tertentu bisa mencapai pada batasnya.
Namun, tentunya Sobat Keren mengetahui bahwa jika kita mengedepankan sikap ikhlas, itu merupakan suatu perbuatan yang baik, yang mana ikhlas tanpa batas merupakan hal yang sangat Allah Ta’ala cintai. Dengan mengedepankan sifat ikhlas sendiri dapat membuat kita menjadi lebih tenang, lebih legowo, dan merasa bebas tak ada beban.
baca juga : Hubungan Antara Kecewa, Ikhlas dan Sabar
Kehilangan hal yang menurut kita berharga, sungguh tidak diharapkan. Entah itu kehilangan orang tua, pasangan, saudara, sahabat, pastilah menyakitkan. Jangankan itu semua, bahkan ketika kehilangan barang sekecil apapun, namun jika kita mencintai dan menganggap itu berharga, rasanya kehilangan tetaplah menjadi suatu hal yang menyakitkan.
Kehilangan atas hal yang disebutkan tadi, apakah Sobat Keren menyadari, bahwa itu semua adalah hal dunia yang secuil? Barangkali, Allah Ta’ala menyisipkan karunia-Nya, ridha-Nya, taufik-Nya di balik kekecewaan itu semua. Selama bukan Allah yang hilang, kita akan baik-baik saja, Sob!
Nah Sobat Keren, Allah Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk selalu berusaha ikhlas sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an Surat Saba ayat 47:
قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ
“Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba [34] : 46, basmalah dihitung ayat pertama)
Di ayat lain, Allah Ta’ala mengabadikan ayat tentang ikhlas dalam firman-Nya,
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)” (QS. an-Nisa [4] : 126, basmalah dihitung ayat pertama)
Sobat Keren, di ayat yang kedua disebutkan nama nabi Ibrahim, kan? Wah, pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita tentang bagaimana ketulusan keluarga beliau untuk selalu ikhlas atas perintah Allah Ta’ala. Sudah tau, kan, kisahnya seperti apa?
baca juga : Da’watul Haq ( Doa Yang Hakiki )
Saat kita mengikuti salat Eid-ul-Adha, topik dari ceramahnya selalu tentang nabi Ibrahim dan keluarganya. Dari tahun ke tahun, isinya tentang pengorbanan dan keikhlasan mendalam untuk Allah Ta’ala. Sering didengarkan, namun nyatanya masih sulit diamalkan, bukan?
Yuk, kita ingat lagi kisah nabi Ibrahim as serta keluarga beliau!
[Meneladani Keikhlasan nabi Ibrahim as]
Nabi Ibrahim as adalah salah satu nabi yang berhasil mendidik anak, keluarga dan juga umat beliau. Nabi Ibrahim juga merupakan bapak para nabi, lho! Nama nabi Ibrahim sendiri disebutkan sebanyak 68 kali di 25 surat di dalam al-Qur’an, salah satunya pada ayat yang dicantumkan tadi surat an-Nisa [4] : 126.
Sobat Kerem, salah satu ujian yang menguji keikhlasan Nabi Ibrahim adalah ujian untuk menyembelih anak yang dicintainya yaitu nabi Ismail. Dengan adanya perintah tersebut, nabi Ibrahim mengikhlaskan dan menjalankan perintah tersebut dengan sebelumnya menanyakan kepada anaknya, yaitu nabi Ismail. Kisahnya tercantum abadi dalam al-Qu’an yang berbunyi,
فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. as-Shaffat (37) :103, basmalah dihitung ayat pertama)
Bukan maksud membandingkan, nih. Tapi, ujian nabi Ibrahim tersebut lebih berat, ya, pastinya?
Ketika kita mampu seikhlas-ikhlasnya, ternyata Allah Ta’ala akan menggantikan sesuatu itu dengan yang lebih berharga dan di luar dugaan manusia.
Nah, Sobat Keren, dari kisah di atas kita bisa belajar bahwa keikhlasan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan keridhaan dari Allah Ta’ala. Selain itu dengan menerapkan sifat keikhlasan juga akan membawa manfaat luar biasa bagi yang memiliki sifat tersebut.
Merasa sedih dan kecewa atas kehilangan (hal dunia) yang kita cintai itu wajar, tapi jangan terlalu fana di dalamnya, ya!
Yuk, belajar ikhlas dimulai dari hal kecil dan dari diri sendiri!
Wassalamu’alaikum, Sobat Keren!
Penulis: Nunun Nur Ainia
baca juga : Bersabarlah dalam Menghadapi Cobaan
Masha Allah.. Jazakumullah. Semoga semua ahmadi bisa mengamalkan keikhlasan dengan sebaik”nya. Amiin..