Ibu, You Are My Angel

Ibu, You Are My Angel

Ibu, keikhlasanmu tidak dapat terbayarkan oleh apapun. Engkau mengandung sembilan bulan sampai melahirkanku dengan susah payah. Engkau merawatku sampai tumbuh besar tanpa pamrih dan dengan penuh kasih sayang. Walaupun aku sudah beranjak dewasa, tetapi ibu selalu memanjakan aku layaknya bayi yang baru lahir.

Usianya semakin tua. Namun, ibu selalu memanjakan aku dengan penuh kasih sayang. Rasa lelah tidak membuatnya berhenti untuk mengurusi segala kebutuhanku.

Ibu, you are my angel. Itulah sebutan yang paling cocok bagi ibuku. Engkau rela bangun pada pagi buta menyiapkan pakaian agar aku terlihat rapi, dan menyajikan sarapan dengan hidangan yang bergizi. Ibuku pasti lelah dan mengantuk, karena selepas pukul 03.00 setelah shalat tahajud, dia harus tetap terjaga untuk shalat subuh dan menyiapkan segala kebutuhan aku untuk kuliah. Namun, ibu tetap melakukan itu semua dengan ikhlas.

Ibu, engkau adalah dokter bagi setiap kesakitanku. Ibu memberiku obat luka pada bagian yang sakit, ketika aku sudah tertidur lelap di malam hari. Dia melakukan itu agar aku tidak merasa kesakitan ketika diberi obat. Ketika sakit, ibu merawatku dengan penuh kasih sayang. Ibu mengingatkan aku untuk minum obat, menyiapkan obat untukku hingga memberikan pelukan yang hangat ketika aku tidur.

Doa ibu selalu menyertaiku. Keridhaan Allah adalah keridhaan ibu. Dia selalu memberikan kekuatan disaat aku lemah. Ketika aku hilang kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu, ibu selalu memberikan kekuatan bahwa aku dapat melakukannya. Nasihat ibu menghilangkan rasa takut, sekaligus membuat aku optimis.

Ibu, you are my angel. Engkau adalah sosok sahabat, tempat aku berbagi cerita suka dan duka. Dia merespon semua ceritaku. Ibu menghibur aku ketika aku sedang sedih. Dia memberikan nasihat yang membuat rasa sedihku hilang. Ibu juga sangat antusias untuk mendengarkan semua ceritaku.

Tanpa sadar, aku seringkali menyakiti perasaan ibu. Aku sering mengeluarkan perkataan dengan nada yang keras kepada ibu. Terkadang, aku memarahi ibu. Namun, dia hanya diam dan mengalah. Ibu hanya membalasnya dengan perkataan yang lembut. Kesabaran ibu tidak ternilai dengan apapun.

Ibu, aku tahu pasti di dalam benakmu tersirat rasa kecewa karena aku belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, tidak terlihat raut wajah kecewa di wajahmu. Ibu tidak ingin aku merasa pesimis, gagal, dan sedih karena mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Aku hanyalah anak yang sering menyakiti hatimu. Mulutku sering mengeluarkan perkataan yang menyakiti hatimu.

Tingkah lakuku membuatmu kesal dan ingin marah. Aku sering merepotkan ketika sakit. Ibu sering dilanda rasa khawatir ketika aku pulang larut malam. Namun, dengan kesabaran dan keikhlasannya, ibu selalu memaafkan setiap kesalahan yang aku lakukan.

Pengorbananmu tidak akan dapat terbayarkan dengan apapun. Keikhlasanmu tak ternilai harganya. Kebaikanmu bagaikan butiran pasir di lautan, tak terhitung jumlahnya. Kesabaranmu sungguh menjadikan aku pelajaran bahwa emosi tidak akan menyelesaikan masalah.

Aku tidak akan dapat membalas semua pengorbananmu, keikhlasanmu, kebaikanmu, dan juga kesabaranmu. Terima kasih ibu atas semua yang telah engkau berikan kepadaku.

Baca Juga :

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *