Apa menurut kita baik belum tentu baik juga di mata Allah, dan apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk dalam pandangan Allah. Ayat tersebut mengandung makna mendalam bagi saya, ketika mengingat kembali semua yang saya alami sampai saat ini.
Beberapa hari yang lalu, Alhamdulillah atas izin Allah saya mendapat karunia, yaitu dengan datangnya seorang khudam yang kini menjadi pasangan hidup saya. Awalnya, kami hendak melangsungkan akad nikah pada hari Rabu, dan walimatul ‘ursy hari Jumat, tepat saat pelaksanaan Jalsah Salanah.
Namun tak disangka, kendala muncul tiba-tiba sehingga acara akad harus maju ke hari Senin. Tidak ada yang bisa menolak lagi dengan pemunduran jadwal ini. Sedemikian keras banyak pihak yang menolak, namun semua tetap terlaksana di hari Senin.
Baca Juga : Mengapa Pengabulan Doa Kita Tertunda?
Kita tidak pernah tahu apa dibalik segala yang kita rencanakan, dan dibalik yang Allah rencanakan. Terkadang sesuatu yang terjadi diluar rencana, secara tidak disangka, hasilnya benar-benar memuaskan. Seandainya waktu itu tidak muncul kendala besar, maka akad tetap akan terlaksana hari Rabu dan walimah di hari Jumat. Lantas, bagaimana kami akan menghadiri jalsah?
Begitulah, karena pada saat awal menentukan tanggal pernikahan, kami belum tahu akan diselenggarakan Jalsah Salanah. Kami sekadar menentukan hari dan tanggal saja tanpa peduli dengan kegiatan lain.
Setelah akad selesai di hari Senin, saya pergi ke rumah suami untuk persiapan walimah hari Rabu. Di saat itu pun kami tetap hanya fokus ke acara walimah, di rumah misi tepat di samping masjid. Tidak ada yang kami pikirkan selain acara, sampai seseorang berkata, “Alhamdulillah, jalsah akan berlangsung di sini.”
Seketika saya tertegun. Mengucap syukur yang tiada habisnya kepada Allah subhanahu wata’ala atas hikmah yang terjadi di balik kegagalan rencana yang sudah saya susun. Rupanya ini rencana Allah, sehingga dimunculkan masalah yang membuat kami memajukan acara.
Meski berkali-kali saya ucapkan rasa syukur dan terima kasih itu kepada Allah, namun rasanya tetap sangat kurang. Ternyata benar adanya, kalau rencana Allah akan jauh lebih indah dibandingkan dengan rencana yang sudah disiapkan manusia meski sedemikian apiknya.
Dua hari setelah acara dan kami sudah menjadi seorang pasangan, agama dan negara, bahkan mendapat hadiah bisa mengikuti Jalsah Salanah. Sebagai ungkapan syukur, saya pun mengikuti acara ini dengan khidmat. Menyimak materi yang luar biasa bagus dari para penceramah.
Di hari pertama, dari setiap materi yang ada, ada beberapa pesan yang membuat saya menangis syukur karena bisa menjadi salah-satu orang yang menyimak acara ini. Saya di buat kagum dengan ceramah yang berjudul “Hak Dan Tanggung Jawab Wanita Dan Pria Di Dalam Islam”.
Saat itu saya sedang asik merangkum materi sejak ceramah pertama sampai kedua, namun ada beberapa point yang membuat tanganku seketika terhenti. Mata dan telinga ini terfokus menyimak isi materi. Bukan karena saya seorang perempuan, tapi karena materinya benar-benar bermanfaat bagi saya yang baru saja menikah, seolah semuanya sudah Allah rencanakan sebagai hadiah di pernikahan kami.
Baca Juga : Ujian yang Datang, Tanda Allah Sayang
Bagi saya, setiap materi yang disampaikan, laksana buah matang yang siap untuk di santap. Selain menjelaskan tentang hak-hak wanita, pendidikan seorang wanita, kebebasan dan hak-hak orang lain, beliau juga juga membahas tuntas bagian pardah juga poligami.
Islam adalah ajaran yang komprehensif yang menjamin bagi tegaknya kebebasan berpikir dan berekspresi. Islam mengajarkan kaum perempuan untuk memperjuangkan haknya. Islam juga memberikan panduan bagaimana melindungi diri dari keburukan-keburukan, tidak ada ajaran agama lain yang dapat menandingi ajaran Islam, begitu juga tidak ada hukum duniawi manapun yang dapat menandinginya. (Hadhrat Khalifatul Masih V aba)
Kalimat yang membuat saya bergetar. Ditambah dengan firman Allah yang mendukungnya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( An Nahl : 97 )
Tidak berhenti di sana, penjelasan juga masuk ke dalam relasi di dalam pernikahan.
“Suami harus memperlakukan istri mereka sedemikian rupa seolah-olah mereka seperti dua teman yang dekat. Bagaimanapun istri akan menjadi saksi pertama dari keunggulan akhlak suami. Jika hubungannya dengan istrinya tidak baik, bagaimana mungkin ia akan baik hubungannya dengan Allah ta’ala” (Hadhrat Khalifatul Masih V aba)
Hal lain yang membuat saya terharu adalah mengenai pendidikan yang harus dimiliki seorang perempuan.
“Perempuan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan ilmu sebab Rasulullah saw bersabda, ‘Tholabul Ilmi faridhotun ala kulli muslimin wal muslimah’, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Oleh karena itu, perempuan Ahmadi harus menaruh perhatian yang serius dalam meningkatkan pengetahuan agama. Selain itu, mereka harus mendorong putra-putrinya mencari ilmu baik ilmu duniawi maupun terutama ilmu agama atau rohani.” (Hadhrat Khalifatul Masih V aba).
Banyak sekali pesan serta nasihat yang dipaparkan, yang membuat saya lebih bersemangat untuk menjadi pasangan yang amanah dan giat belajar. Kelak, saya harus bisa menumbuhkan generasi dan memberinya tarbiyat yang baik dan benar. Insya Allah.
Penulis : Yuricka
Baca Juga : Membaca Alquran dan Keutamaannya