Enam Pilar Penguat Keimanan
July 24, 2020
Diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab r.a, Rasulullah ﷺ bersabda: “Rukun Iman adalah, bahwa kalian hendaknya percaya kepada Allah, dan Malaikat-malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, dan hari akhir(yakni hari pembalasan), dan hendaknya juga kalian beriman kepada Qadar-Nya baik yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan.”(H.R.Muslim No.9-Kitab Iman).
Assalamu’alaikum sobat keren,
Keindahan Islam sudah terpancar sejak adanya iman di dalam hati mereka yang meyakininya. Sebait hadits di atas, mengandung 6 rukun yang asasi sebagai syarat keimanan seseorang yang hakiki.
Beriman kepada Allah, Pencipta dan Penguasa bumi dan alam semesta, merupakan pokok dan pusat dari semua agama dan kepercayaan. Perlu dipahami bahwa dalam bahasa Arab kata “Allah” tidak dinisbahkan kepada wujud apa pun selain dari Tuhan Yang Tunggal, dan kata ini berarti satu wujud yang bebas dari segala cacat dan kelemahan, dan memiliki semua sifat-sifat sempurna, pemilik semua ilmu pengetahuan dan kekuasaan.
Beriman kepada Malaikat-malaikat, mahluk gaib ciptaan Tuhan yang menduduki martabat utama. Para malaikat mengelola bekerjanya alam semesta di bawah perintah Tuhan dan memantau dengan seksama rantai sebab akibat ciptaan Tuhan. Mereka juga berperan sebagai sarana komunikasi antara Tuhan dan rasul-rasul-Nya.
Beriman kepada Kitab-kitab yang diwahyukan Tuhan, yang mana dengan perantaraan kitab-kitab tersebut, dunia dapat memahami kehendak Tuhan. Yang paling akhir dan abadi dari antara kitab-kitab ini ialah Al-Quran Suci yang telah memansukhkan dan menggantikan semua hukum-hukum yang diturunkan sebelum Al-Quran. Kita-kitab sebelumnya, memiliki masa berlakunya yang sementara dan terbatas bagi suatu bangsa. Dan selanjutnya, tidak ada undang-undang abadi sampai hari kiamat kecuali Al-Quran.
Beriman kepada Rasul-rasul Tuhan, yang kepada mereka dari masa ke masa diwahyukan kitab-kitab samawi, dan mereka memperkenalkan serta menyampaikan kehendak Tuhan kepada dunia dengan menampilkan contoh suri tauladan dari amalan pribadi mereka. Rasul-rasul bangkit diantara setiap kaum, namun dari rasul-rasul Tuhan, rasul pembawa syariat terakhir yang penghulu Nabi, Muhammad ﷺ yang dibangkitkan di tanah Arab 1400 tahun yang silam, paling utama dari keturunan Adam a.s. serta Penghulu Agung dari Nab-nabi.
Beriman kepada hari akhirat yang tidak dapat dielakkan dan pasti datang mengikuti kematian, saat setiap insan akan diminta mempertanggungjawabkan setiap amal baik atau amal buruk yang dikerjakannya dalam kehidupan ini.
Beriman kepada takdir-Nya, yakni keberadaan hukum-hukum Tuhan berkenaan dengan ihwal kebaikan dan ihwal keburukan yang berlangsung di dunia ini. Dengan perkataan lain, ini berarti mempercayai bahwa hukum alam dan hukum syariat kedua-duanya merupakan hukum-hukum yang direncanakan oleh Tuhan dan hanya Tuhan yang mendirikan dan menjaga alam semesta ini, baik alam kebendaan maupun alam rohani.
Dia-lah yang meletakkan prinsip dasar dari segala sesuatu, baik yang bersifat kebendaan atau yang bersifat rohani.Tindakan-tindakan tertentu, baik yang membawa akibat baik maupun buruk, merupakan konsekuensi yang dengan sendirinya akan terjadi. Dan diatas semuanya, Tuhan adalah pemegang kekuasaan tertinggi atas hukum-hukum yang telah diciptakan-Nya.
Pada keadaan-keadaan tertentu, Dia melakukan perubahan-perubahan luar biasa atas hukum-hukum ini, semata-mata demi kepentingan rasul-rasul-Nya dan para wali-Nya.Meskipun demikian, perubahan-perubahan semacam itu senantiasa berupa pengecualian-pengecualian atas hukum-hukum ini dan tidak pernah terlepas dari sunah dan janji-Nya. Keajaiban mukjizat-mukjizat termasuk dalam kategori pengecualian atas hukum-hukum ini.
Diambil dari Buku “Empat Puluh Permata Hadits” karya Hazrat Mirza Bashir Ahmad MA, r.a. Penterjemah: Mln.Malik Aziz Ahmad Khan
Ditulis ulang oleh : Abdul Haq Kartono