Al Hilmu Wal Anaatu
Assalamualaikum sobat Islamkukeren! Setiap kebaikan niscaya akan berhadapan dengan keburukan. Dan setiap sifat tersebut akan memiliki lawan atau kebalikannya untuk dipilih. Jika memilih baik maka menjadi benar dan berpahala, jika memilih yang buruk akan mendapatkan celaan dan siksa. Itulah kondisi manusia di dunia yang akan selalu menghadapi Dua jalan, jalan kebaikan dan jalan keburukan. Firman Allah Swt sangat jelas sekali mengabarkannya.
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”
QS. Al-Balad: 10
Ibnu Jarir ra mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Al-Balad: 10) Telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُمَا النَّجْدَانِ نَجْدُ الْخَيْرِ وَنَجْدُ الشَّرِّ، فَمَا جَعَلَ نَجْدَ الشَّرِّ أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ نَجْدِ الْخَيْرِ
“Hai manusia, sesungguhnya keduanya adalah dua jalan, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan, maka apakah yang membuat jalan keburukan lebih disukai olehmu daripada jalan kebaikan?”
Tafsir Ibnu katsir
Diantara dua jalan atau pilihan yang akan senantiasa manusia hadapi untuk dipilih salah satu dari keduanya adalah jalan kesabaran dan jalan ketergesaan, yakni terburu-buru. Dalam segala hal,baik dalam urusan pekerjaan,muamalat, maupun ibadah sifat tergesa-gesa adalah tidak baik. Pada dasarnya sifat tergesa-gesa adalah terlarang karena tidak disukai Allah Swt karena merupakan tabiat dari setan musuh-Nya. Dari Ibnu ‘Abbas ra, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda pada Asyaj ‘Abdul Qois ra.
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالْأَنَاةُ
“Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa.” | Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 586. Rasulullah saw juga bersabda yang diriwayatkan oleh Anas ra.
AL HILMU
Apakah hilm (الحلم) itu? Kata ini biasanya diterjemahkan sabar, santun atau bijaksana. Menurut Ibnu Manzhur, artinya tenang (al-anaatu), selalu memastikan validitas urusan dengan cermat (at-tatsabbut fil umur), dan akal sehat (al-‘aql),
“Sesungguhnya sikap AL HILM pada diri seseorang itu dapat diketahui ketika dia marah, orang yang marah maka awalnya (pada saat marah itu) dia seperti orang gila, dan setelahnya yang ada hanya penyesalan.” |
Ali bin Abi Thalib
Gambaran sikap lemah lembut (al-hilm), ADALAH posisi antara dua hal yang hina, yakni kemarahan dan KEBODOHAN. Jadi, jika seseorang mengikuti amarahnya tanpa menggunakan akal pikiran dan perenungan, berarti dia berada dalam satu kehinaan, dan jika ia rela dengan kezaliman dan kesewenangan maka dia pun berada dalam kehinaan yang serupa. Tetapi jika dia menghadapinya dengan sikap sabar, meskipun dia memiliki kemampuan untuk melampiaskan kemarahannya, maka dia berada dalam kebaikan, dan itulah hakikatnya sifat alhilm.
Al-Hilm, yaitu sikap tenang dan menahan diri pada saat marah. Jadi orang yang memunyai sikap ini, tidak akan marah oleh hinaan dan cercaan orang yang tidak menggunakan akalnya, tetapi dia akan mengendalikan diri pada saat amarahnya bergejolak.
Sifat ini akan terwujud dengan adanya kesempurnaan ‘ilmu’ (hikmah) yang ada pada diri kita. Kemudian setelah itu kita akan bertindak dengan sangat hati-hati, yaitu bertindak bijak antara ketergesa-gesaan dan sikap sikap lamban. Ini menunjukkan kecemerlangan dalam berpikir. Dari sini kemudian muncul sikap sangat agung yang jarang dimiliki oleh orang awam pada umumnya, yaitu sisi praksis (amaliah) dari sikap sabar dan kehati-hatian, yang sering disebut oleh orang dengan sebutan ar-rifq, dimana seseorang akan mengambil hal yang paling mudah dan lurus, sehingga kita akan melihat orang tersebut sebagai seorang yang lemah lembut.
AL ANNATU
At-Ta’anni atau Al-Anaatu
— itu dimaknakan dengan at-tatsabbut (kroscek) wa tarayyuts (penuh perhitungan) wa tarkul ‘aajalah (tidak tergesa-gesa) — [ Disebutkan oleh an-Nawawi dalam syarah shahih Muslim ]
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” | Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Sedangkan tentang sabar banyak informasi tentangnya hingga pujian bagi siapa saja yang sanggup menghiasi dirinya dengan sifat mulia tersebut. Allah Swt telah berfirman di banyak ayat tentang sifat sabar ini.
At-Ta’anni itu
- harus ada dalam ucapan-ucapan,
- harus ada sebelum berbuat, dan
- harus diwujudkan dlm menerima & menyampaikan berita.
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“
Al-Baqarah: 177
Orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah Swt sebagaimana firman-Nya.
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.“
QS. Ali Imran: 146
Pelaku sabar akan mendapatkan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan Allah Swt akan melipat gandakannya tanpa terhitung.
وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“
An-Nahl: 96
كان يقال العجلة من الشيطان إلا في خمس إطعام الطعام إذا حضر الضيف وتجهيز الميت إذا مات وتزويج البكر إذا أدركت وقضاء الدين إذا وجب والتوبة من الذنب إذا أذنب
“Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara: Menyajikan makanan ketika ada tamu, mengurus mayit ketika ia mati, menikahkan seorang gadis jika sudah bertemu jodohnya, melunasi utang ketika sudah jatuh tempo, segera bertaubat jika berbuat dosa.”
Hilyatul Auliya’: 8/78
Baca juga: Riya dan Sum’ah: Si Kecil yang Membawa Manusia pada Kehancuran