Covid-19: Ibadah, Qonaah, dan Ketaatan di Kala Wabah
April 10, 2020
Assalamualaikum Sobat keren,
Wabah virus corona sudah menghantui dunia selama beberapa bulan terakhir. Jalanan lengang, batas kota penuh penjagaan, bahkan mengunjungi tempat-tempat ibadah pun bukan lagi menjadi anjuran.
Boleh saja kita larut dalam kesedihan, namun jauh lebih baik jika kita sertai juga dengan perenungan. Bahwa apa yang sedang terjadi di setiap sudut dunia saat ini, adalah salah satu cara ghaib yang bisa membawa kita serempak menuju ketaatan, memiliki sifat qonaah, dan tetap menempatkan ibadah sebagai cara menemukan ketenangan.
Seorang muslim diperintahkan untuk taat kepada Allah, Rasul, dan pemimpin-pemimpin di antaramu. Ketika wabah corona ini melanda dunia, kita sudah melihat contoh keberhasilan negara-negara lain melawan virus ini, yaitu dengan menerapkan aturan tegas untuk diam di rumah, yang sangat ditaati oleh warganya. Tidak terkecuali Indonesia. Bahkan beberapa tambahan informasi dari sudut pandang religi, bahwa anjuran untuk berdiam di rumah ketika wabah adalah merunut pada Firman Allah pada surat An-Naml dan Hadits Rasulullah. Silakan cek pada diri masing-masing, sampai di mana ketaatan kita?
Namun, banyak dari kita yang masih saja menganggap remeh sebaran virus ini dan anjuran-anjuran pemerintah. Entah karena tidak percaya kepada pemerintah, atau terlalu percaya diri dengan kondisi kesehatannya. Tapi marilah kita sejenak tenang dan mengukur diri, seberapa jauh kita bisa bertindak jika ternyata virus ini menjangkit tubuh kita? Apakah kita tetap tidak membutuhkan bantuan orang lain, tenaga medis, dan bahkan juga pemerintah melalui program pengobatan yang terstruktur bahkan gratis? Silakan kembali cek, sampai di mana sikap pasrah dan kerendah hatian kita untuk mau menerima nasihat untuk kebaikan bersama.
Dan perkara ibadah, tidak sedikit yang tersulut amarah hanya karena larangan beribadah secara berjemaah. Sobat keren, yakinlah bahwa jika kerinduan kita pada masjid semakin memuncak, maka perlahan kita akan semakin sadar bahwa ibadah sesungguhnya bukan sekadar perkara tempat, melainkan jauh kepada pembentukan akhlak. Apalah gunanya jika kaki kita selalu melangkah ke masjid, namun hati kita tidak menemukan kedamaian-Nya, dan perilaku kita pun tidak menceminkan kasih dan sayang-Nya.
Sobat keren, yakinlah pada kehangatan sinar matahari yang muncul tanpa berkabar pada gelapnya malam. Demikianlah Allah taala yang telah menjanjikan kemudahan setelah adanya kesulitan. Cari Allah dalam hati, dan tanyakan sebesar apakah dosa-dosa kita yang masih butuh diampuni.
Barakallaahu fiikum.
[DISPLAY_ULTIMATE_PLUS]