Assalamu’alaikum sobat keren. Belum lama ini, dua kasus terorisme menyita kembali perhatian publik. Belum selesai, kasus bom sepasang suami istri di Gereja Katedral Makassar, disusul penembakan di Mabes Polri oleh seorang perempuan yang memakai cadar. Terlibatnya perempuan dalam tindak terorisme, di mana pelaku menyebutnya ‘amaliyah (pengorbanan atau serangan bunuh diri), bukan fenomena yang baru di Indonesia.
Sayangnya, buah dari bom yang meledak ini senantiasa berimbas kepada perempuan bercadar lainnya yang tidak terimplikasi paham radikalisme. Mulai dari mata yang memicing saat memandang, hingga menjauh nya orang-orang sekitar karena takut bom akan meledak. Dan hari-hari esok setelah kejadian ini berlalu, para perempuan bercadar harus kembali bekerja keras membuang jauh-jauh stigma negatif yang melekat di diri mereka.
Baca juga :
- berhijrah atau ikut-ikutan?
- hijrah jangan salah kaprah
- love for all hatred for none
- akar terorisme adalah kebencian
Bukan salah cadar nya
Memang bukan tanpa alasan cap teroris dilekatkan kepada perempuan bercadar. Namun, tak adil juga jika kita menggeneralisasi seluruh wanita bercadar sebagai teroris. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman,
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ
“Jauhilah olehmu sebagian besar dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah keburukan (dosa)” (Q.S. Al Hujuraat: 12).
Sungguh kejam oknum-oknum yang menggunakan atribut agama untuk melakukan tindak terorisme, memperalat wanita untuk melancarkan aksi mereka dimana pakaian perempuan beriman dikorbankan kehormatannya. Cadar yang tadinya dikenakan sebagian perempuan sebagai bentuk identitas keagamaan yang luhur, kini jadi bahan cemoohan.
Ditinjau dari banyak sudut pandang, sebagian masyarakat menganggap cadar di Indonesia merupakan invasi dari “Islam asing” dan “Arab” ke Indonesia. Padahal, cadar sendiri membudaya di Arab ketika Islam datang. Meskipun mayoritas Fuqaha berpendapat wajah tidak termasuk aurat, cadar tetap digunakan oleh istri-istri Rasulullah ﷺ dan para shahabiyah hingga akhir hayatnya¹.
Agaknya, pandangan yang keliru dalam menilai perempuan bercadar harus segera diluruskan. Masyarakat harus melek melihat proses globalisasi Islam yang tak dapat dihentikan. Tidak ada hubungannya antara memakai cadar dengan ideologi ekstrem.
Baca juga :
Perdalam wawasan, luruskan pemikiran
Ideologi ekstrem dan radikalisme dapat dianut oleh siapa saja yang kehilangan akal sehat dan hati nurani. Ini berkaitan juga dengan seberapa dalam seseorang memahami ajaran Islam dengan benar. Islam agama yang damai,bukan agama yang memaksa dan haus darah.
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ
“Tidak ada paksaan dalam agama”(QS. Al Baqarah: 256)
Surga, tidak ada hubungannya dengan bom bunuh diri. Bahkan segala tindak kekerasan apalagi menzalimi manusia dan diri sendiri adalah perbuatan tercela yang dibenci Allah subhaanahu wa ta’ala.
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا
“Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.” (QS. Al Maidah : 32)
Disisi lain, diskriminasi terhadap cadar juga merupakan pelanggaran terhadap kebebasan perempuan dalam berpakaian. Beberapa perempuan memakai cadar sebagai perisai mereka dari kejahatan misoginis. Membebaskan mereka dari pandangan laki-laki yang mengobjektifikasi. Perempuan dengan cadar ingin memiliki lebih banyak kendali atas apa yang tampak dari dirinya. Cadar memberikan kebebasan yang tidak dapat dibayangkan oleh mereka yang tidak memakainya.
Ringkasnya, masih banyak diluar sana perempuan bercadar yang ramah terhadap sesama. Bersahabat dengan siapa saja bahkan dengan mereka yang berbeda agama. Mencintai negara serta ikut andil mengibarkan bendera. Berjuang untuk mendapat surga dengan menebarkan cinta kepada seluruh makhluk ciptaanNya.
Foot note :
¹Pentingnya Pardah dalam Islam , Hal. 2 – Mlv. Muhammad Sidiq Amritsari
Baca Juga :
Total agreee!
Maa Syaa Allah, tulisan yang benar-benar mewakili para perempuan bercadar. Semoga Allah Ta’ala senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.
Nice post, Bu Dina!
Pakaian terbaik adalah taqwa, so pasti. Cadar, ya, itu hanya kulit. Tapi, tak mungkin isi tanpa ada yang menutupi dan melingungi, toh? Keep on ‘riting, ‘Siz. Mā syā’ Allāh❕