Allah selalu mengabulkan doa orang yang mendahulukan agama daripada dunia. Seperti halnya orang yang bertabligh secara dawam akan dihadiahi surga-Nya.
Tanggal 1 April 1984, adalah hari pertama Pak Muhammad memasuki purna tugas. Dia sudah memiliki rencana yang mantap, yaitu berkhidmat pada Jemaat. Sayang, hal ini ditentang keras oleh istri dan anak sulungnya.
“Bagaimana nasib anak-anak kita, Pak? Tiga anak laki-laki sedang kuliah, 2 anak laki-laki yang lain masih duduk di SMA dan SMP.” rengek Bu Tati, istrinya.
Winda, anak sulungnya, juga menggerutu.
“Aku kan baru kerja dan baru mau menikah. Tak mungkin mampu membantu ke-5 adikku untuk pendidikannya.”
Winda memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Hatinya gelisah, pikirannya kacau memikirkan beban berat yang harus dipikul ibunya. Bagaimana mungkin? Ia membayangkan perjuangan ibunya yang hanya seorang guru SD, sementara ayahnya pensiunan Kepala Sekolah SD dengan 9 anak. “Masya Allah,”, desah Winda.
Baca Juga : Rezeki Datang dari Arah yang Tidak Disangka
Perdebatan demi perdebatan berlangsung antara bapak, ibu, dan Winda. Bapak pasti juga bukan bermaksud melepas tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Apalagi ketika mengingat kebutuhan duniawi keluarga yang sangat besar. Bapak sendiri pun tak pernah sanggung membayangkannya. Winda dan ibunya hanya bisa terdiam dalam kesedihan.
“Kita harus mohon pertolongan Allah dengan berdoa dan berusaha. Usaha kita harus dilandasi perintah Allah. Dalam surat Al – Insyirah ayat 8 – 9 disebutkan,’Bila sudah selesai dari suatu tugas, hendaknya berusaha keras memusatkan perhatiannya kepada Tuhan’. Inilah dasar Bapak tidak mau mencari uang lagi tetapi memantapkan diri untuk berkhidmat pada Jemaat kita” lanjut Pak Muhammad.
Winda dan ibunya akhirnya mulai memahami keinginan pak Muhammad. Pada akhirnya, mereka bertiga sepakat dengan keputusan Pak Muhammad, dan saling berjanji untuk istiqomah.
Pak Muhammad mulai membantu membereskan buku-buku agama di masjid. Terkadang juga membersihkan masjid setiap Jumat pagi. Winda mengajak adiknya ke Jakarta untuk mencari kerja meskipun hanya dengan ijazah SMA. Namun ternyata, sang adik justru sekaligus mendapatkan 2 pekerjaan dengan mudah.
Pagi sampai siang ia bekerja di bagian administrasi rumah sakit pemerintah. Siang sampai malam bekerja di rumah sakit swasta. Winda dan adiknya menyewa 1 kamar kos saja untuk menghemat biaya.
Setahun kemudian, Winda menikah dan mendapatkan pinjaman rumah dari pihak keluarga suami. Sang adik pun diajak tinggal serumah. Tak berselang lama, sang adik menikah, dan mereka pindah ke rumah kontrakan.
Semua adik-adik Winda satu persatu selesai sekolah, kuliah dan mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Salah satu adik bahkan menjadi PNS, dan seketika membuat surat kuasa agar gajinya bisa diambil oleh ibu untuk biaya sehari-hari.
Baca Juga : Mengapa Pengabulan Doa Kita Tertunda?
Semua terjadi dengan sangat mudah, seolah karunia Allah Taala hadir sambung-menyambung. Allah memberikan skenarionya dalam waktu yang singkat. Hal ini membuat Ibu semakin yakin atas kebenaran langkah yang diambil suaminya. Sehingga ketika memasuki masa pensiun, dia pun mengikuti langkah suaminya berkhidmat pada Jemaat.
Demikianlah. Allah selalu mengabulkan doa orang yang mendahulukan agama daripada dunia. Seperti halnya orang yang bertabligh secara dawam akan dihadiahi surga-Nya.
Di usianya yang uzur, Pak Muhammad dan istri dapat merasakan nikmatnya dunia. Rumah mereka yang dahulunya berlantai tanah sekarang sudah menjadi gedung yang apik. Semua anaknya menjadi sarjana bahkan ada yang S2. Masing-masing kehidupan dunianya juga tercukupi bahkan berlebih.
Setiap lebaran, anak-cucu pulang menggunakan mobil mewah sampai harus numpang parkir di tempat tetangga dan di pinggiran jalan. Winda hanya bisa menangis. Bahagia. Menyaksikan kuasa Allah yang selalu menepati janji-Nya.
Penulis: Ekaningsih (terinspirasi dari ceramah “Kiat Meraih 100.000 Mubayyin Baru”)
Baca Juga : Ujian yang Datang, Tanda Allah Sayang