Bencana sebagai Pengingat Keimanan
January 21, 2021
Assalamu’alaikum, sobat keren.
Hanya dalam beberapa hari di tahun 2021, Indonesia sudah mengalami berbagai ujian dan cobaan. Masih berkutat dengan pandemi covid19 yang belum menemukan titik terangnya, disusul kecelakaan penerbangan dengan jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang merenggut nyawa seluruh penumpang, awak kabin dan pilot. Belum selesai di sana, banjir, longsor, gempa bumi, dan erupsi gunung berapi terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Tentu saja ini adalah pukulan telak bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keterpurukan dan kesedihan mendalam yang tidak bisa dihindari. Namun disisi lain, semua kejadian ini menjadi pengingat kepada Allah Sang Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Allah tidak mungkin menghendaki sebuah ujian dan cobaan tanpa ada hikmah di baliknya. Namun demikian, semuanya kembali kepada kejernihan hati kita dalam menyikapi takdir Allah subhaanahu wa ta’ala. Bisa saja seseorang menyikapi dengan positif dan segera bangkit dari keterpurukan, tapi bisa juga dia terus-menerus tergulung di dalam kesedihan yang membuatnya semakin dalam terpuruk ke dasar jurang.
Sebuah fakta yang bisa mengingatkan kita semua tentang mindset positif, adalah bencana tsunami yang meluluh lantahkan sebagian besar kepulauan Jepang. Jumlah korban sangat banyak dan terus meningkat, pemukiman dan fasilitas umum rusak parah dan trauma bencana yang dirasakan oleh para keluarga korban. Namun hebatnya, itu semua tidak dijadikan konsumsi media di sana. Tidak ada siaran atau pemberitaan terkini tentang jumlah korban dan kerusakan akibat bencana, sehingga tidak tertanam di alam bawah sadar masyarakatnya tentang kerusakan yang dahsyat.
Jepang mampu bangkit dengan jalan tidak terus-menerus terpuruk, menangis atau meratapi apa yang terjadi. Media lebih memilih menyiarkan bagaimana warga saling bekerja sama mengevakuasi apapun yang masih bisa diselamatkan, menampilkan semangat warga untuk bangkit dan sinergi pemerintah dan teknologi yang mampu mengatasi bencana besar ini. Tujuannya hanya satu, agar warga yang selamat tetap memiliki semangat hidup yang tinggi dan warga yang terdampak secara langsung mampu melihat bencana alam ini sebagai proses kehidupan yang pasti mengalami naik dan turun.
Hal tersebut adalah salah satu cara yang sangat bisa diadaptasi oleh system penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya dalam hal perbaikan mental korban bencana. Menanamkan bahwa kehidupan akan terus berjalan hingga mereka benar-benar berpikir bahwa segalanya akan baik-baik saja. Kehidupan akan terus berjalan jika Allah menghendaki. Kehidupan pun akan normal jika sikap yang kita miliki ketika di dera ujian adalah mengedepankan sabar dan tawakal, ketimbang menjadikan duka sebagai tempat bersandar. Sesungguhnya kemudahan dan kesulitan semuanya berasal dari Allah subhaanahu wa ta’ala, begitu pula jawabannya atas semua yang terjadi.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan dengan suatu ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah 155-156).
Bencana dan musibah adalah pengingat bahwa manusia tidak bisa seenaknya menjalani kehidupan. Tidak juga bisa sombong dengan melalaikan kewajibannya sebagai hamba Allah. Bagi beberapa orang, bencana adalah pengingat. Karena bagi sebagian orang yang lain, bencana adalah jalan untuk kembali kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dengan keadaan syahid. Maka tugas kita yang masih berjibaku dengan dunia, untuk terus memperbanyak sujud dan istighfar kepada Allah. Sertakan ikhtiar sebaik-baiknya dalam beramal saleh, agar kita kelak kembali kepada Sang Khalik dalam keadaan beriman.
Penulis: Renna Aisyah