Belajar Berbagi Dan Peduli Sesama Dari Rabi’ah Al-Adawiyyah

Belajar Berbagi Dan Peduli Sesama Dari Rabi’ah Al-Adawiyyah

Belajar Berbagi Dan Peduli Sesama Dari Rabi’ah Al-Adawiyyah

Islam Keren

April 30, 2020

Assalamu’alaikum sobat keren,

Pandemi covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia saat ini membawa dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan umat manusia. Hampir dapat dipastikan seluruh lapisan masyarakat terdampak dari aspek sosial maupun ekonominya tak memandang dari status sosial yang tinggi maupun yang rendah. Dalam kadarnya masing-masing mereka sama-sama mengalami kesulitan hidup akibat pandemi ini.

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, seharusnya seluruh masyarakat bersatu dan bahu-membahu untuk saling tolong menolong meringankan beban satu sama lain. Karena itulah cara yang terbaik untuk dapat keluar dari krisis yang saat ini melanda di seluruh dunia. Sehingga di dalam Al-Quran surat 51: 20 disebutkan bahwa “dan di dalam harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.” Firman Allah Ta’ala inilah yang dapat menjadi solusi atas segala kesulitan dan kesusahan hidup yang dihadapi masyarakat di seluruh dunia saat ini.

Ya, krisis yang saat ini terjadi di hampir seluruh bagian dunia adalah krisis kemanusiaan yang tidak hanya dapat mengandalkan Pemerintah untuk menyelesaikannya. Bukan itu satu-satunya solusi. Namun semua yang merasa dirinya masih “manusia” hendaknya saling bersimpati dan berempati kepada sesamanya untuk kemaslahatan umat manusia.

Sekelumit kisah kehidupan Hadhrat Rabi’ah Al-Adwiyyah kiranya dapat menginspirasi kita semua tentang apa yang seharusnya kita perbuat di tengah situasi dan kondisi yang serba sulit saat ini. Rabi’ah Al-Adawiyyah dikenal sebagai seorang Sufi dan waliyullah. Beliau menjalani kehidupannya dengan zuhud dan penuh kesederhanaan demi meraih Ridho Allah Ta’ala. Namun beliau tetap berbagi kepada sesama yang membutuhkan di tengah segala keterbatasan hidupnya.

Semoga kisah ini dapat memotivasi dan menguatkan kita semua dalam menghadapi segala kesulitan dan penderitaan hidup untuk tetap memiliki kepedulian kepada sesama.

Sepenggal kisah ini diambil dalam Kitab Tazkiratul Aulia karya Abu Hamid Bin Abu Bakr Ibrahim atau biasa dikenal dengan Farid ud-Din ‘Atar.

Dikisahkan dua orang peziarah mengunjungi Hadhrat Rabi’ah Al-Adwiyyah di tempat beliau biasa menghabiskan waktunya untuk bermunajat kepada Allah. Dan kedua orang tersebut dalam keadaan sangat lapar. Lalu salah seorang diantaranya mengatakan barangkali Hadhrat Rabi’ah akan memberikan makan kepada kita. Makanan dari beliau pasti makanan yang halal dan diridhoi oleh Allah.

Ketika mereka berdua duduk di hadapan Hadhrat Rabi’ah ada satu serbet kain dan dua roti di atasnya. Mereka berdua pun merasa sangat bahagia. Lalu tiba-tiba seorang pengemis datang dan Hadhrat Rabi’ah memberikan dua roti itu kepadanya. Kedua tamu Hadhrat Rabi’ah menjadi sangat kecewa namun mereka berdua tidak mengatakan apa-apa.

Sesaat kemudian seorang wanita datang dengan membawa sekeranjang penuh roti yang masih hangat.

“Majikan saya yang mengirim roti ini untuk anda” wanita itu menjelaskan. Kemudian Hadhrat Rabi’ah menghitung roti-roti tersebut. Ada 18 roti. “Mungkin bukan sejumlah ini yang majikanmu kirimkan”, kata Hadhrat Rabi’ah.

Wanita itu kembali meyakinkan Hadhrat Rabi’ah bahwa itulah roti-roti yang dikirimkan majikannya. Akhirnya wanita itu mengambil kembali roti-rotinya dan membawanya kembali ke Majikannya.

Jadi memang wanita itu telah mengambil dua roti untuk dirinya sebelum dikirim ke Hadhrat Rabi’ah. Kemudian wanita tadi menceritakan kepada Majikannya, bahwa dia memang telah mengambil dua rotinya. Dan Majikannya kembali memberikan dua roti lagi.  Kini ada 20 roti yang dibawa wanita itu untuk dikirim ke Hadhrat Rabi’ah.

Setelah diberikan kepada Hadhrat Rabi’ah beliau menghitungnya kembali, ada 20 roti dan beliau mengatakan : “ini barulah jumlah yang benar.”

Akhirnya beliau menyuguhkan roti-roti itu kepada kedua tamunya dan mereka makan bersama. Kedua tamunya pun bertanya: “apa hikmah dan rahasia dibalik semua kejadian ini?” Anda memberikan dua roti yang seharusnya disuguhkan kepada kami, lalu anda berikan kepada seorang pengemis. Ketika seorang wanita datang dengan 18 roti anda menyuruhnya pergi lalu dia datang lagi dengan 20 roti dan barulah anda menerimanya.

Lalu Hadhrat Rabi’ah menjawab: “Saya tau ketika anda berdua sampai anda sangat lapar. Saya mengatakan kepada diri saya, bagaimana mungkin saya tawarkan dua roti ini kepada tamu saya yang sangat terhormat. Tapi dua roti itulah satu-satunya makanan yang saya punya saat itu. Lalu ketika seorang pengemis datang di depan pintu rumah saya, maka saya berikan kedua roti itu sambil berdoa “Ya Allah, Engkau telah menjanjikan bahwa Engkau akan melipatgandakan setiap pengorbanan dengan 10 kali lipat, dan hambamu sangat yakin dengan janji-Mu ya Allah. Maka saya sedekahkan dua roti saya ini kepada pengemis ini.”

Oleh karena itu ketika 18 roti diantar ke rumah saya, saya tau bahwa pasti ada satu kesalahan ataupun hal yang tidak baik telah terjadi. Karena dua roti bila Allah Ta’ala melipatgandakan 10 kali lipat akan menjadi 20 roti. Oleh karena itu saya katakan roti itu pasti bukan untuk saya”

Dari kisah ini, ada mutiara hikmah yang dapat diambil. Sesulit apapun kondisi dan keadaan hendaknya tetap bersabar, istiqomah dan yakin bahwa pengorbanan apapun yang diberikan semata-mata untuk meraih keridhoan Allah Ta’ala, pasti Allah Ta’ala akan membalas dan melipatgandakannya sesuai dengan pengorbanan yang dilakukan dengan tulus ikhlas.

Jadi tetaplah bersabar, tetaplah istiqomah di jalan-NYA dan tetaplah berbagi kepada sesama sesuai dengan kemampuan yang ada karena itulah solusi yang akan mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik saat ini. Allah Ta’ala akan memberikan jalan keluar bahkan dari arah yang tidak pernah disangka-sangka atas segala kesulitan hidup saat ini.

Oleh : Muhammad Idris

[DISPLAY_ULTIMATE_PLUS]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *