Allah, Sandaran Hakiki

Allah, Sandaran Hakiki

“Hasbunallahu wa ni’mal wakiil”

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung“

Sebagai manusia yang sangat menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah dan tak berdaya, tentu membutuhkan penolong dan sandaran yang kekal. Telah saya temukan dalam Al-Qur’an Karim bahwa penolong yang dibutuhkan adalah Tuhan kita sendiri, yakni Allah Ta’ala. Sekecil apapun yang kita butuhkan, sekalipun itu hanya garam pintalah kepada-Nya.

Rasanya jika menuliskan seluruh nikmat, karunia dan pertolongan dari-Nya tidak akan cukup waktu, juga tidak akan mampu untuk melakukannya. Sebab itu semua terlihat sangat raya dan luas. Ini adalah sepenggal kisah, yang akan diceritakan karena keyakinan bahwa Allah Ta’ala maha memberikan pertolongan.

Beberapa pekan lalu, saya sedikit merasa khawatir karena kehilangan kalung emas. Memang, ini hanya benda duniawi. Namun kalung ini pemberian Ibu, yang juga sebelumnya sudah mewanti-wanti agar jangan sampai hilang. Bahkan, ibu sempat tidak memberikan kepercayaan penuh pada saya, meskipun akhirnya diberikannya juga kalung tersebut.

Baca Juga : Ibu, You Are My Angel

Tanpa disadari sebelumnya, ternyata ada satu rantai kalung itu yang sudah rapuh, sehingga tidak jarang si kalung lepas begitu saja, dan harus saya betulkan lagi supaya tersambung kembali.

Kurang lebih dua pekan sudah saya memakai kalung tersebut meskipun beberapa kali terlepas karena rantai yang kendur. Sempat saya ingin mengembalikannya pada ibu, namun kata ibu, “Dipakai saja, bagus.”

Hingga suatu hari, saya dikejutkan dengan tergeletaknya liontin dari kalung yang saya pakai. Saya ambil dengan penuh rasa cemas dan spontan saya memegang leher untuk memastikan kalungnya masih ada. Namun nihil.

Tanpa berpikir panjang, saya mencari kalung tersebut, tentunya dengan perasaan tak karuan. Mencari ke kamar mandi, kamar tidur dan setiap ruang dalam rumah, bahkan sampai ke rumah nenek yang bersebelahan. Sampai-sampai nenek bertanya sedang mencari apa, mungkin karena melihat saya yang mondar-mandir tanpa sepatah kata pun.

Sambil mencari, saya mengingat-ingat sudah pergi ke mana saja sebelumnya. Memang tidak pergi jauh, dan hanya di sekitar rumah dan kebun. Saya menyisir setiap tempat, dari rumah smapai kebun, dari depan hingga ke bagian belakang, sampai tak terasa azan zuhur berkumandang.

Selama mencari, saya terus membaca istighfar, salawat dan zikir “hasbunallahu wa ni’mal wakiil” yang entah sudah berapa kali terucap. Saya hanya menaruh harap Allah Ta’ala akan menolong saya pada saat itu juga.

Sebuah kalung pemberian ibu benar-benar membuat saya terfokus hanya pada memohon pertolongan Allah semata. Di dalam salat pun saya meminta agar Allah Ta’ala memberikan pertolongan, karena saya percaya, Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi.

Usai salat saya mencari lagi ke tempat yang sama, termasuk ke kebun yang mungkin sampai tiga kali banyaknya. Tidak ada yang menyadari juga saya sedang apa. Karena saya berusaha tenang mencarinya. Mungkin hanya saya dan Allah Ta’ala saja yang tau saat itu.

Baca Juga : Rezeki Datang dari Arah yang Tidak Disangka

Waktu pun terus berjalan, tetapi kalung tersebut belum juga saya temukan. Saya kembali ke kamar dan merebahkan tubuh yang mulai lelah. Meskipun santai, tapi tidak selaras dengan pikiran yang terus dihantui perasaan risau. Sambil terus mengucap zikir, saya masih berharap kalung itu akan ditemukan pada hari itu juga.

Azan ashar berkumandang, lantas saya bergegas untuk segera mengambil air wudhu dan salat. Tak henti-hentinya saya berdoa merintih dengan penuh kerendahan hati. Saat salat, saya agak meneteskan air mata sebab menyadari betul, bahwa saya adalah makhluk yang sangat lemah bila tanpa-Nya.

Seusai salat saya mencari lagi kalung itu, dan rasanya saat itu saya meminta untuk ‘terakhir kalinya’ dengan sedikit ‘memaksa’ kepada Allah Ta’ala agar kalung tersebut bisa ditemukan sesegera mungkin. Seandainya tidak juga ditemukan, maka hari itu juga saya akan sampaikan pada ibu, “kalung ibu hilang.”

Mengucap ‘basmalah’ saat keluar rumah, sambil mencari-cari di sekitar. Setelahnya, saya meminta kepada-Nya paling terakhir, “Ya Allah, ini adalah permintaan terakhir hamba dalam menemukan kalung ibu saya, saya memohon untuk segera dikembalikan. Maka, tunjukan kuasa Engkau” lalu saya memejamkan mata untuk beberapa detik.

Ketika membuka mata, melihat sekitar dengan sangat teliti, saat itu juga saya melihat kerlap-kerlip berwarna emas tergeletak begitu saja di tanah. Saya langsung mengambilnya dengan perasaan masih tidak menyangka bahwa yang saya ambil itu adalah kalung yang sedari tadi saya cari ke sana kemari. Bergegas menuju rumah, sujud syukur pada-Nya mengucap hamdalah penuh haru. Alhamdulillah atas segala kekuasaan-Mu, Allahu Rabbi.

Sebelumnya ada rasa malu dan bersalah, saya merasa sudah meragukan pertolongan dan keberadaan Allah Ta’ala. Padahal, Allah itu ada, Allah itu dekat. Jika dirasa jauh, sebenarnya kitalah yang membuat jarak dengan-Nya. Maka, dengan mengingat-Nya lah Dia terasa dekat.

Sepenggal kisah yang mungkin bagi beberapa orang biasa saja, tapi percayalah bagi saya ini adalah pengalaman luar biasa dalam hidup. Sebab, di sini saya merasakan dahsyatnya pertolongan Allah Ta’ala. Semoga Dia senantiasa memberikan taufik dan karunia bagi kita semua. Aamiin tsumma Aamiin

Penulis: Nunun Nur Ainia

Baca Juga : Menjadi Penjaga Al-Qur’an

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *