Assalamu’alaikum sobat keren, pernah ga, kepikiran kita udah shalat, tapi mengapa masih berbuat keburukan? Dalam Al-Qur’an kita membaca ayat suci Al-Qur’an yang berbunyi:
artinya: “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”(QS. Al ‘Ankabut : 45)
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, ‘Bagaimana jika sudah sholat namun tetap saja tidak mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar?’ Shalat ko masih berdusta? Pemarah? Sombong? Buka aurat? Mabuk? Judi? Kalau gitu caranya, mending engga shalat sekalian saja!
Huuuus, sabar Bro en Sis. Kamu kudu pelan-pelan memahaminya. Jangan gerasak-gerusuk ya! Sebab, kalo gerasak-gerusuk menyimpulkan, bisa berbahaya. Kalem, Bro.
Sobat Keren, jadi begini ya… bukan shalatnya yang salah, melainkan pelaku shalatnya yang salah. Bukan shalatnya yang salah, melainkan pengamal shalatnya yang salah. Orang yang shalat tapi berlaku keji dan dan mungkar, berarti shalatnya masih lalai atau belum sempurna, belum faham bacaan dan makna bacaan shalatnya serta hanya mengikuti gerakan-gerakannya saja. Ia takbir, berdiri, ruku’, sujud tetapi ia seolah-olah tidak sadar sedang shalat, bahkan sampai lupa sudah berapa raka’at shalatnya. Shalat seperti ini tak ubahnya seperti orang mabuk. Dan Allah Ta’ala melarangnya sebagaimana firman-Nya: “Janganlah kamu mendirikan shalat ketika engkau mabuk..” (QS. An-Nisa ayat 43).
Ya, seperti yang dikemukakan Allah SWT dalam Surah Al-Ma’un ayat lima, ‘Celakalah orang-orang yang shalat’—Yakni, mereka yang lalai dalam shalatnya. Berkaca pada ayat ini ada beberapa ciri orang yang lalai dalam shalatnya yaitu shalatnya buru-buru ingin segera selesai, bacaannya tidak dipahami dan suka mengakhirkan waktu shalat. Ringkasnya ia tidak lebih daripada sebuah jasad tanpa ruh atau kulit tanpa isi serta tidak mengetahui kenikmatan dan kelezatan yang telah Allah Ta’ala letakkan di dalamnya.
Baca Juga : MENYENANGI DAN MENCINTAI SHALAT
Kalau begitu, seperti apakah shalat yang baik itu?
Dikatakan bahwa shalat yang baik itu yakni dengan menghadirkan ruh dan kebenaran. Tidak hanya mengikuti gerakan-gerakannya sebagai suatu tradisi dan dilakukan dengan terpaksa. Shalat yang menghapuskan kemungkaran adalah yang di dalamnya terkandung ruh kebenaran dan memiliki pengaruh untuk menimbulkan kebaikan. Intisari dari shalat adalah do’a yang di dalamnya terdapat kelezatan dan kenikmatan. {Disadur dari Malfuzhat, vol. I, hal 162-164}.
Kamu pasti sudah tahu kan bahwa Allah Ta’ala itu memberikan unsur kenikmatan dan kelezatan di dunia ini. Misalnya berupa makanan yang nikmat dan lezat. Namun bagi orang yang sakit, senikmat dan selezat apa pun makanan tersebut malah merasakan hambar bahkan pahit. Nah begitu pun bagi sobat keren yang tidak merasakan kenikmatan beribadah kepada Allah Ta’ala berarti ada penyakit ruhani di dalamnya.
Bagaimana sih supaya timbul kenikmatan dan kelezatan dalam shalat? Seorang bijak mengatakan, “Teruslah kamu shalat sampai kamu merasakan nikmat dari shalat itu!’’. Coba deh kamu tengok seorang pemabuk, ia tidak akan berhenti minum sebelum merasakan pengaruh dari minumannya tersebut, kasarnya sebelum teler ia tidak akan berhenti.
Jadi kesimpulannya bukan shalatnya yang salah ya, melainkan pelaku shalatnya. Bukan shalatnya yang salah, melainkan pengamal shalatnya yang salah. “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Yakni, shalat yang di dalamnya terkandung ruh kebenaran dan memiliki pengaruh untuk menimbulkan kebaikan. Intisari dari shalat adalah do’a yang di dalamnya terdapat kelezatan dan kenikmatan.
Tulisan : Farid Ridwan
Note : Jika postingan ini dirasa bermanfaat silahkan untuk menshare kembali.
Baca Juga : Shalat Lima Waktu, Apa Maknanya?
???
Tulisannya sae..
Jazakumullah
mantap