4 Tingkat 5 Sempurna dalam Kemajuan Rohani

4 Tingkat 5 Sempurna dalam Kemajuan Rohani

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ

Orang-orang yang sabar, yang benar, yang Taat dan yang berinfaq dijalan Allah, dan orang-orang yang memohon ampun dibagian akhir malam. (Ali Imran : 17)

Ciri khas yang digambarkan ayat yang disinggung dalam Al-Quranul-Karim Surah Ali-Imran ayat 17 tersebut adalah pribadi-pribadi Mu’min dengan terdapatnya lima tingkat kemajuan rohani di dalamnya

Baca Juga : Tahun Baru, Untuk Kemajuan Rohani Yang Baru

  1. Kesabaran dan Kegigihan

Bila seseorang memeluk Agama sejati biasanya ia menjadi sasaran kedzaliman, maka tingkat pertama yang harus dilaluinya ialah tingkat ”kesabaran dan kegigihan”. Adanya ujian terhadap Insan (Manusia) “Mu’min” merupakan pondasi terhadap apa-apa yang telah menjadi pilihan dalam keyakinan (iman). Tatkala seseorang yang didalam dirinya ada suatu maksud dalam hal iman, imannya akan diuji apakah dia akan tetap melanjutkan keyakinan tersebut, dengan artian ia mampu atau bisa menghadapi serta melewatinya.

Sabar bukan hanya menerima kenyataan atau cukup berdiam diri dalam ujian tersebut akan tetapi adanya upaya-upaya dalam dirinya bukan hanya menghadapi ujian tapi bagaimana melewati rintangan-rintangan, agar ia bisa lepas/lulus dengan terus berupaya dengan tidak adanya unsur ketidakputusasaan (Istiqomah).

2. Hidup Berpegang pada Kebenaran

Jika lulus dan mampu menghadapi serta melewati rintangan-rintangan, maka ia akan senantiasa mengamalkan ajaran-ajaran yang sebelumnya ia belum dapat mengerjakan sepenuhnya. Tingkat kedua ini bertalian dengan “Hidup berpegang pada Kebenaran”.

Fase kedua yaitu hidup sesuai dengan keyakinanannya. Ini semua bertalian erat dengan bagaimana hidup berpegang pada kebenaran yang sudah dicontohkan oleh Baginda Muhammad saw, sebagai suri tauladan “uswatun hasanah” dengan gelar yang beliau sandang sebagai “Al-Amin” (Orang yang dapat dipercaya), serta Alqur’anul-karim sebagai pedoman bagi seorang muslim dengan berperinsip hidup sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا - يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ

Dan hendaklah kamu mengatakan perkataan yang benar, Dia akan memprbaiki amal-amal bagi kamu. (Al Ahzab : 70-71)

Baca Juga : Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

3. Taat dan Sikap Merendah

Sebagai akibat melaksanakan perintah-perintah agama yang setia, mukmin sejati akan memperoleh kekuasaaan. Ketika itupun sifat merendahkan hati tidak beranjak dari mereka. Serta senantisa tetap bersikap “Merendah” di manapun berada.

Fase ketiga atau tingkat ketiga yaitu ketaatan adalah hidup yang meliputi sikap “Merendah”, dengan artian setelah hidupnya berada dalam segala kecukupuan dan mampu melewati rintangan-rintangan. Namun sikap “Taat dan Merendah” tidak lepas dalam dirinya dan menjadikandirinya sebagai pribadi yang selalu berpegang teguh pada prinsip “Sami’na wa Atha’na”. ( Kami mendengar dan kami Taat ). Al Baqoroh : 285.

Bukan hanya sampai di situ setelah orang-orang mu’min Sabar serta gigih dalam segala ujian serta ia lulus darinya dan bertahan dalam kebenaran namun juga ia senatiasa Tawadhu’ bersifat “merendah” dengan konskuen dan konsisten dalam keyakinannya (keimanan).

4. Membelanjakan Harta di Jalan Allah

Fase ke empat atau tingkat keempat yaitu “Membelanjakan harta dijalan Allah”. Untuk mencapai keimanan sejati yang merupakan bentuk tertinggi dari kebaikan, Ia akan bersiap sedia mengorbankan segala apa yang ia cintai dengan jalan “Membelanjakan apa-apa yang paling dicintainya”.

Allah Ta’ala berfirman :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kamu sekali-kali tidak akan pernah mencapai kebaikan yang sempurna hingga kamu men-Infaqkan sebagian dari apa-apa yang paling kamu cintai”. (Ali Imran : 92)

5. Senantiasa Bersyukur

Rangkaian-rangkaian yang dilalui orang-orang Mu’min dalam rangka mengarungi serta berupaya meraih kesempurnaan keimanan (Keyakinan) menjadikannya pribadi-pribadi yang selalu bersyukur (Berterima kasih) kepada Allah Ta’ala.

Ia selalu bersujud dan memohon ampun dan senatiasa bertaqwa (Takut) kepada Sang Khaliqnya demi terwujudnya cita-cita luhur. Seorang Mu’min menjadikan bagian akhir malamnya untuk memohon ampun, meminta petunjuk dan berharap diberikan kekuatan dan Istiqomah dalam pelaksanaaan  pengabdian-pengabdian yang berharap atas Ridha Allah Ta’ala.

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

“Allah Ridha kepada mereka dan merekapun Ridha kepada-Nya dan itulah ganjaran bagi orang yang takut kapada Tuhannya”. (Al Bayyinah : 8)

Baca Juga : Jangan Takut Miskin Berjual Beli dengan Allah SWT

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *