Relevankah Ulang Tahun dirayakan?

Relevankah Ulang Tahun dirayakan?

Relevankah Ulang Tahun dirayakan?

Muhammad Nurdin

Februari 10, 2019

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sobat keren,

Merayakan ulang  tahun sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita. Bahkan, di tengah bermunculannya fatwa-fatwa yang mengharamkannya, banyak kaum muslimin lebih memilih untuk menutup mata dari semua itu.

Sewaktu SMA dulu, saya sering melihat, seorang teman tak jauh bedanya dengan adonan bolu kukus saat ulang tahun. Bedanya, air yang digunakan sudah dicampur pewarna buatan yang dikenal “blau”, si biru yang kini punah di telan zaman.

Beramai-ramai teman-temannya menghujani temannya yang ulang tahun dengan telur. Bahkan untuk mendapat sensasi yang lebih dramatis, dicarilah telur-telur busuk.

Tradisi demikian terus diamalkan hingga kini. Tentu dengan berbagai inovasi kekinian, khas anak-anak millennial akhir zaman.

Jujur, hingga saat ini, ulang tahun bagi saya bukan sesuatu yang spesial. Bahkan, ia sering terlewat untuk diingat. Hingga akhirnya datanglah Facebook, yang selalu setia mengingatkan.

Dan, beberapa teman menjadi biasa mengungkapkan turut berbahagia di “wall” saya. Mendoakan banyak hal baik untuk saya. Dan saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, dengan segala basa-basinya.

Merayakan sesuatu itu, identik dengan sebuah pencapaian. Apa yang sudah kita capai dengan sebuah kelahiran? Kita sendiri hanya bisa bernafas dan menangis saat peristiwa itu terjadi.

Kita tidak pernah terlibat langsung dalam peristiwa kita. Yang justru terlibat langsung adalah orang tua. Sehingga, untuk apa pula merayakan sesuatu yang kita tidak terlibat sama sekali di dalamnya.

Bagaimanapun juga, kelahiran kita adalah pencapaian terbesar orang tua kita. Juga upaya tertinggi mereka guna meneruskan peremajaan siklus kehidupan ini.

Dan, sebagai sebuah ungkapan syukur atas kelahiran tersebut, Rasul Karim saw menasehatkan para orang tua untuk meng-aqiqah-kan kita dengan satu atau dua ekor kambing.

Tapi…

Bisa saja ulang tahun dirayakan. Tentu dalam bentuk yang lebih berfaedah dan bermanfaat.

Misalnya, dengan bangun lebih awal, lalu kerjakan shalat malam beberapa raka’at, panjatkan rasa syukur kepada Allah, karena Dia telah menyampaikan kita pada umur 14, 15 dan berapapun itu.

Berdoa juga untuk kehidupan yang akan datang. Semoga Allah meneguhkan kita dalam kebaikan. Semoga Dia senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan keridhaan-Nya.

Dan boleh juga membuat kue dan makanan saat ulang tahun. Tapi untuk dibagikan kepada kaum dhu’afa yang makan daging bisa sebulan sekali.

Jika ulang tahun menjadi momen yang paling berarti dalam hidup kita, maka keberartian itu hendaklah diwujudkan dengan cara menjadi wujud yang lebih berarti dalam pandangan Tuhan, orang tua, sanak-saudara, kerabat, sahabat juga banyak orang lain di sekitar kita.

Dan ketika itu yang menjadi landasan berpikir kita, merayakan ulang tahun menjadi relevan untuk dilakukan.

please follow and share :

[DISPLAY_ULTIMATE_PLUS]

Share

2 thoughts on “Relevankah Ulang Tahun dirayakan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *