Bermunajat Untuk Cinta-NYA bukan Surga-NYA

Bermunajat Untuk Cinta-NYA bukan Surga-NYA

Bermunajat Untuk Cinta-NYA bukan Surga-NYA

Islam Keren

May 14, 2020

Assalamualaikum Sobat Keren

Khasiat dari cinta itu adalah melembutkan hati. Seorang yang hatinya lembut akan menjadi seorang yang berwatak penuh kasih sayang dan cinta kasih. Sebaliknya seseorang yang hatinya keras dapat dipastikan penyebabnya adalah kosongnya hati dari cinta dan kasih sayang. Bila hati kosong dari cinta, saatnya kebencian, dengki, dan permusuhan yang akan mengisinya. Untuk membentuk manusia-manusia yang berhati lembut dan berakhlak mulia kata kuncinya adalah ‘cinta’.

Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Beliau SAW adalah teladan yang sempurna untuk umat manusia. Allah Ta’ala sendiri yang menyebutkan bahwa diutusnya Beliau SAW adalah sebagai rahmat (kasih sayang) untuk semesta alam. Beliau SAW adalah sosok yang sangat sempurna dalam sifat cinta, dan kasih sayangnya terhadap sekalian alam. Di dalam Al Quran, Al-Maidah  : 159 disebutkan bahwa ‘dan berkat kasih sayang Allah, engkau (Muhammad) sangat lemah lembut terhadap mereka, dan jika engkau (Muhammad) berwatak kasar dan keras hati, sesungguhnya mereka akan menjauh dari sekitarmu’. Perasaan cinta kepada Nya yang mengisi relung hati Rasulullah SAW lah yang membuat Beliau SAW begitu lembut hatinya sehingga banyak di antara para sahabat ra yang masuk Islam karena melihat keindahan akhlak dari Rasulullah SAW.

Saatnya merenungkan kembali, apa sebenarnya tujuan kita beribadah? Apakah untuk mendapatkan surga-Nya? Sehingga yang lebih ekstrim lagi, karena disebutkan dalam hadits bahwa syuhada telah dijanjikan masuk surga, dengan seenaknya ditafsirkan bahwa membunuh diri atas nama Jihad adalah cara instant untuk masuk surga. Pengertian demikian jelas mendangkalkan bahkan menyesatkan pemahaman umat karena telah berdampak kerugian yang besar atas hilangnya nyawa orang-orang yang tak berdosa.

Ada sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, doa yang begitu indah dan menyentuh kalbu sehingga dari doa tersebut kita dapat mengambil hikmahnya, untuk apakah sebenarnya kita beribadah kepada Allah. Dari Abu Darda` r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda: Di antara doa Nabi Daud as. adalah: “Allahumma inni as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amalal ladzii yuballighunii hubbaka. Allahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsin wa minal maa’il baarid”

(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarkanku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang tandus). (HR. At-Tirmidzi-3412).

Dalam doa ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita bermunajat untuk mendapatkan cinta-Nya bukan untuk mendapatkan surga-Nya. Karena inilah sebenarnya tujuan kita untuk beribadah kepada-Nya, yaitu mendapatkan cinta-Nya. Surga itu adalah cinta-Nya, oleh karena itu surga  bisa didapatkan juga di dunia ini, dengan cara menjalani kehidupan yang penuh dengan cinta-Nya dan ridho-Nya.

Selaras dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam doa tersebut, Pendiri Jama’ah Islam Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as bersabda: “Seseorang mendakwakan diri beribadah kepada Tuhan, namun ibadah itu bukanlah terdiri dari banyaknya sujud, ruku’, dan berdiri ataupun memutar biji tasbih dengan tak terhitung banyaknya. Ibadah bermakna begitu tenggelam kepada Tuhan, karena cinta kepada-Nya, sehingga ego seseorang menjadi lenyap seluruhnya. Pertama, harus ada keimanan yang kuat atas keberadaan Tuhan, dan pengakuan sepenuhnya atas keindahan-Nya dan sifat Pemurah-Nya. Kemudian, barulah ada satu cinta kepada Tuhan, dimana hati haruslah merasakan panasnya api cinta tersebut dan dalam kondisi seperti ini haruslah termanifestasi setiap saat pada roman muka orang tersebut.” (The Essence of Islam, Vol. IV, p. 175)

Jadi ibadah adalah bukan semata gerakan tubuh dan doa-doa yang terucap dari mulut, namun bagaimana seseorang menenggelamkan diri dalam kecintaan-Nya, sehingga kecintaan kepada Allah membakar ego pribadinya. Ini bukanlah perkara yang mudah, oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan doa bagaimana kita bisa mendapatkan cinta dari Sang Khalik. Doa juga berarti memohon pertolongan-Nya supaya kita dapat memahami keluasan cinta-Nya, lalu menerapkannya dalam kehidupan kita. Sehingga apa yang juga diisyaratkan oleh Jalaluddin Rumi “Lovers do not finally meet somewhere, they are in each other all along” (Tidaklah para pecinta pada akhirnya bertemu di suatu tempat, mereka ini berada dalam satu sama lain setiap waktu) dapat terwujud, yaitu bersatunya cinta-Nya dengan orang-orang yang mencintai-Nya.

Penulis : Muhammad Idris

[DISPLAY_ULTIMATE_PLUS]

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *